Ulvika Menjadi Story Writer dari Gambar Comic Strips

Oleh Dedi Hendriyanto, S.Pd, Batang Hari, Jambi

Dedi Hendriyanto, guru Bahasa Inggris SMPN 21 Batang Hari, Jambi berbagi tentang cara menghadirkan pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan dan memandu siswa menjadi penulis layaknya seorang pengarang andal. Ia menggunakan comic strips dan metode blended learning dengan pendekatan flipped classroom untuk mengajarkan siswa-siswinya tentang teks naratif.

Dedi sedang menerangkan bagaimana belajar menulis yang bersumber dari bahan comic strips.

Bagaimanakah cara melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan dan memandu siswa menjadi penulis layaknya seorang pengarang andal? Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering muncul dan terkadang sulit dicari jawabannya.

Mengajarkan Bahasa Inggris kepada siswa SMP bukanlah hal mudah karena mata pelajaran ini tidak mereka dapatkan ketika berada di tingkat sekolah dasar. Apalagi keterampilan menulis (writing). Keterampilan ini dirasakan sulit dan membosankan. Oleh karena itu, sebagai seorang pendidik guru harus memiliki strategi tertentu sehingga hal yang terlihat sulit akan menjadi mudah dan menyenangkan.

Untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran yang menyenangkan, guru diharapkan mampu menyiasati cara penyampaian materi pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didiknya sehingga terasa menyenangkan.

Ide-ide cemerlang dan kreativitas tinggi sangat dibutuhkan dalam menampilkan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan bagi peserta didik. Inisiatif pengembangan profesi guru sangat mendukung peran guru dalam melakukan inovasi pembelajaran.

Di masa pandemi Covid-19 ini guru mendapatkan banyak kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya dalam mencari referensi pengembangan inovasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Misalnya dalam memberikan pembelajaran bahasa inggris yang menyenangkan dan memunculkan ketertarikan peserta didik.

Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran tertentu tergantung pada bagaimana seorang guru dapat mengemas kegiatannya dengan packaging yang baik sehingga dapat mengundang antusiasme siswa.

Untuk mendapatkan perhatian dan ketertarikan siswa, seorang guru diharapkan mampu menyusun skenario dari sebuah rencana pembelajaran, memilih strategi pembelajaran yang tepat, media pembelajaran yang sesuai dan familier dengan dunia siswa. Salah satu media yang dapat digunakan adalah Gambar Comic Strips seperti yang dilakukan oleh penulis dalam membelajarkan materi bahasa inggris tentang teks naratif.

Apa itu Comic Strips?

Seperti yang tertulis dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary Comic Strips adalah serangkaian gambar yang menceritakan sebuah kisah. Comic Strips merupakan media yang dapat digunakan untuk mengekspresikan ide dengan gambar, sering dikombinasikan dengan teks atau informasi visual lainnya. Gambar Comic Strips dapat digunakan untuk mempermudah pemahaman peserta didik dalam memahami isi cerita teks naratif.

Di samping menggunakan gambar Comic Strips sebagai media pembelajaran, penulis juga mengimplementasikan strategi pembelajaran.

Dikarenakan sekolah tempat penulis bertugas sudah melakukan pembelajaran tatap muka  dengan menggunakan sistem shift, guru menerapkan pembelajaran tatap muka dengan separuh dari total siswa yang ada di kelas tertentu. Sementara separuh dari jumlah siswa di kelas tersebut melakukan pembelajaran tatap muka, sementara sisanya masih belajar dari rumah.

Menggunakan Blended Learning

Di dalam pembelajaran kali ini guru menggunakan model pembelajaran blended learning dengan pendekatan flipped classroom. Model pembelajaran blended learning ini merupakan penggabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan (daring).

Contohnya dengan menggunakan aplikasi Zoom atau WhatsApp group (WAG) Pendekatan yang digunakan adalah flipped classroom, yaitu pembelajaran yang sebagian aktivitas pembelajaran peserta didik dilakukan secara tatap muka dan sebagian lagi dilakukan secara mandiri dari rumah.

Ketika pembelajaran tatap muka dilakukan, guru menggunakan strategi pembelajaran berbasis teks yang penulis dapat ketika mengikuti Training of the Trainer (ToT) Modul 2 Program PINTAR Tanoto Foundation.

Strategi pembelajaran ini digunakan dalam menyampaikan materi narrative text dengan empat tahap pembelajaran. Kegiatan pembelajarannya terdiri dari building knowledge of the field, tahap di mana peserta didik membangun pengetahuan dan latar belakang peserta didik tentang topik yang akan didiskusikan di kelas.

Tahap kedua adalah modeling of the text, tahap di mana guru memberikan model teks untuk didiskusikan di kelas. Tahap ketiga adalah joint construction of the text, tahap di mana guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengimplementasi pemahaman dan kemampuan mereka untuk memproduksi teks, dan yang keempat adalah Independent construction of the text, pada tahap ini peserta didik menyusun teks secara mandiri sesuai dengan jenis teks yang diajarkan.

Agar Siswa Mampu Menulis dengan Bahasa Sendiri

Tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis pada kegiatan belajar mengajar kala itu adalah siswa diharapkan mampu menulis kembali sebuah teks naratif dengan bahasanya sendiri.

Dalam proses pembelajarannya peserta didik diajak untuk menemukan nilai moral yang terkandung dalam cerita dongeng, legenda maupun fabel dan mengenal cerita-cerita rakyat yang merupakan bagian dari kebudayaan lokal maupun dari luar negeri. Pada proses pembelajaran ini guru mencoba memandu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka dan melatih mereka untuk menceritakan kembali sebuah cerita dari teks naratif dengan gaya bahasa sendiri.

“Kriiing!!!”

Bell tanda masuk berbunyi, guru segera melangkah menuju ke kelas dengan membawa semua perlengkapan mengajarnya seperti proyektor, laptop, kertas Plano, beberapa gambar comic strips dan potongan-potongan kalimat dari sebuah cerita teks narrative yang sudah di acak.

Setibanya di kelas guru mulai mengatur dan memasangkan peralatan yang digunakan untuk mengajar seperti memasang proyektor dan menata perlengkapan lainnya dengan dibantu oleh salah satu siswanya. Dan kelas bisa segera dimulai.

Guru menyapa peserta didik dengan mengucapkan salam dan kemudian mengajak mereka berdoa sebelum belajar untuk memupuk sikap religius peserta didik. Selanjutnya guru mengecek absensi peserta didik. Tidak ada peserta didik yang tidak hadir pada pertemuan kala itu.

Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru dengan memperlihatkan sebuah gambar tokoh berupa gambar kartun, Aladdin. Gambar ini digunakan untuk menggali pengetahuan awal peserta didik (building knowledge of the field) terkait cerita dongeng yang menjadi bahan ajar pada pertemuan saat itu.

“Well, class. I have a picture here, do you know what character is in this picture?”

“Aladdin, Sir!” Nisa dan teman-temannya menjawab.

“Wow, marvelous, you’re right dear!”

Mendengarkan Native Speaker

Langkah selanjutnya dalam proses pembelajaran ini adalah modeling of the text. Pada tahap ini guru mengajak peserta didik mendengarkan rekaman audio cerita “Aladdin and the lamp”. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih keterampilan receptive siswa. Ketika audio cerita diputar, siswa diminta untuk menuliskan minimal 10 kosa kata dari audio yang didengarkan. Semua siswa terlihat antusias dan fokus mendengarkan rekaman audio cerita yang diputarkan. Mereka terlihat senang karena mereka bisa mendengarkan suara native speaker.

Siswa secara bergantian menuliskan dan mengucapkan satu kata yang mereka dengar ke papan tulis. Guru kemudian mendistribusikan teks cerita Aladdin secara lengkap dan meminta siswa untuk melakukan membaca teks tersebut secara berpasangan dan bergantian serta saling mengoreksi pengucapannya.

Memasuki kegiatan inti, tahap ketiga dari strategi pembelajaran berbasis teks yaitu join construction of the text.

Pada tahap ini, secara berkelompok peserta didik diberikan potongan kalimat teks naratif “Aladdin” dan potongan-potongan gambar Comic Strips. Secara berkelompok peserta didik diminta untuk memadankan teks dengan gambar Comic Strips. Semua siswa aktif dalam kelompok memadankan gambar dan kalimat dan mempresentasikannya di depan kelas secara pleno.

Refleksikan Pembelajaran

Setelah peserta didik memahami isi dan nilai moral cerita, pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diminta untuk melakukan kegiatan independent construction of the text. Mereka diminta untuk menceritakan kembali cerita tentang “Aladdin” secara tertulis dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa dari rumah dan akan disampaikan secara lisan pada pertemuan berikutnya.

“I am happy and enjoy today’s class, sir, because through comic I could learn English easily,” sebut salah satu peserta didik, Ulvika.

“Yes, Mister. Besides, we also could pronounce the English words easily and correctly by listening the native speaker voice. Then we can write the narrative text by our own words,” Putri menyahut.

Beragam respons yang penulis dapatkan setelah melakukan pembelajaran ini. Sebagian besar peserta didik menyatakan merasa senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran dengan gambar comic strips.

Melalui pembelajaran teks naratif, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan receptive skill dan productive skill mereka dan dapat mengenal lebih dekat cerita rakyat baik dari dalam maupun luar negeri dan mampu memetik pesan moral yang terkandung dari cerita tersebut.

Hasil dari sebuah pembelajaran sangat dipengaruhi oleh usaha seorang guru untuk dapat mempersembahkan penampilan terbaik siswa dan seberapa besar usahanya untuk memberikan pembelajaran bermakna kepada siswanya. Ketika guru sudah berusaha melakukan usaha terbaiknya dengan merancang pembelajaran dengan pembelajaran aktif, mengatur sedemikian rupa skenario pembelajarannya dengan kreatif.

Artikel ini telah dipublikasikan oleh Jambi Ekspres dengan judul “Ulvika Menjadi Story Writer dari Gambar Comic Strips“, https://jambiekspres.co.id/read/2021/04/01/43176/pembelajaran-blended-learning-di-masa-pandemi-ulvika-menjadi-story-writer-dari-gambar-comic-strips.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.