Tantangan Ibu Bekerja Ketika Mendampingi Anak Belajar

Menjadi ibu atau menjalani karier? Pilih pekerjaan atau keluarga? Ibu bekerja di mana pun tak jarang harus menghadapi pilihan semacam ini. Walau sesungguhnya menjadi ibu yang bekerja sah-sah saja, menjalani keduanya secara bersamaan dapat memunculkan berbagai tantangan.

Tidak jarang ibu bekerja merasa bahwa upayanya untuk menyeimbangkan perhatian masih kurang optimal, terutama dengan adanya berbagai ekspektasi dan tuntutan dari sisi keluarga maupun pekerjaan.

Sejak lama, ada sebuah stereotipe terhadap perempuan yang entah bagaimana dituntut untuk tampak cemerlang dari segala sisi: mampu membesarkan anak-anak sopan yang berprestasi di sekolah, memiliki karier gemilang, dan dapat menjadi ibu serta teman yang tanpa cela.

Walau ada yang menganggap itu hanyalah mitos, beberapa orang menjadikan itu sebagai panutan dalam hidupnya. Bagi Fia yang berprofesi sebagai pemimpin redaksi Mommoes, karena pada dasarnya perempuan dapat melakukan multitasking atau beberapa pekerjaan sekaligus, menjadi ibu bekerja yang ideal atau ibu yang mampu melakukan segalanya menjadi semacam kebisaan. Tapi ia juga menekankan hal penting.

“Masalahnya, bisa yang seperti bagaimana? Bisa karena memang… [didukung] support system dan kesehatan mental oke, atau bisa yang kita paksakan?” ujar Fia.

Fia mendorong para ibu bekerja untuk bersikap jujur dan menyadari kemampuan mereka sendiri. “Yang paling penting kita pahami apakah bisanya kita memang benar-benar bisa atau bisa yang dipaksakan, sehingga secara hasilnya juga tidak berkualitas,” katanya.

Sementara itu, Budi Komala, seorang ayah yang juga fotografer menekankan pentingnya menjadi ayah yang memiliki hubungan erat dengan anak. Pada akhirnya, interaksi semacam ini akan melatih rasa empati sang ayah terhadap keluarganya, terutama kepada sang istri yang senantiasa berada di antara keluarga dan pekerjaan.

“Suami harus mengerti dulu seberapa penting kehadiran mereka untuk istri dan anak. Perlu fondasi yang kuat dari situ,” ujarnya.

Sebagai seseorang yang aktif di media sosial, Budi memopulerkan tagar #bikinberduaurusberdua di Instagram.

“Ketika saya punya anak, saya lihat sendiri istri sebegitu struggle-nya,” kenangnya. “Dan saya terpikir banyak banget yang ketika istri melahirkan suami tetap bekerja, dan istri menjalani semua sendiri.”

Kesadaran itu membuat Budi mulai berbagi tentang kehidupan sehari-harinya, mulai dari mengganti popok sampai memandikan anaknya. “Saya ingin agar orang melihat bahwa apa yang saya lakukan itu biasa-biasa aja. Saya berharap ketika orang baca tagar itu jadi teringat bahwa parenting bukan cuma tugas ibu,” katanya.

Merancang dan Berencana

Saat mendampingi anak belajar, tidak jarang ibu bekerja merasa stress dan tertekan. Fia menyarankan agar para ibu bekerja bisa menetapkan prioritas berdasarkan skala kepentingan. Misalnya, saat pekerjaan memang butuh perhatian lebih, tak masalah bila membantu anak mengerjakan PR ditunda dulu atau bantu diatasi oleh sang ayah.

Dalam berbagai situasi, biasakanlah menentukan prioritas dan tetapkan mana yang harus pertama kali dikerjakan. Menurut Fia, ini jauh lebih penting dibanding keharusan menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga.

Ketika suatu keadaan terasa sudah sangat menekan, beralihlah ke support system yang dapat diisi oleh pengasuh, asisten rumah tangga, atau anggota keluarga.

Ingatlah bahwa sebaiknya ibu bekerja selalu berpikir praktis dan memiliki ekspektasi yang masuk akal. Mendampingi anak belajar merupakan kegiatan yang bisa membuat orang tua hilang kesabaran, terlebih di dalam suasana pandemi yang serba membuat gusar.

“Kita harus mampu untuk bersikap dan berpikir realistis,” kata Fia. “Dalam arti, terhadap kemampuan kita sendiri, realistis terhadap kemampuan si anak, dan kondisi yang terjadi saat ini.”

Selain memiliki kesabaran ekstra, ketahuilah kemampuan diri sendiri supaya Anda tidak perlu sampai merasa dongkol. Jika ada bidang pelajaran yang terlalu sulit, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan atau mengambil waktu jeda. Dengan beristirahat sejenak, Anda bisa bersantai dan memikirkan dengan lebih jernih tentang apa yang sebaiknya dilakukan.

Dalam situasi pandemi yang menuntut kebanyakan pegawai untuk bekerja dari rumah, teknologi menyediakan berbagai pertolongan. Rapat bisa diadakan secara daring dan Anda dapat menghabiskan lebih banyak waktu bersama anak di rumah. Carilah aplikasi manajemen yang dapat membantu Anda dalam hidup sehari-hari, juga berbagai situs yang memberikan informasi bagi orang tua dengan segala problematikanya.

Jangan Lupakan Kesehatan Mental

Dalam beberapa tahun terakhir, ibu bekerja semakin sadar mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental. Fia mengungkapkan bahwa semakin banyak ibu bekerja yang paham bahwa kebahagiaan keluarga hanya mungkin tercipta jika sang ibu juga merasa bahagia.

“Ketika seorang ibu paham bahwa dia harus bahagia dulu dan mencintai dirinya, berarti akan ada banyak anak-anak yang tumbuh besar dalam lingkungan yang lebih bahagia,” ujar Fia.

Ia kembali menekankan pentingnya menjadi pribadi yang realistis, yang dapat menyadari dan mengakui jika ia berada dalam situasi yang terasa terlalu berat. Jika Anda merasa butuh pertolongan, sesegera mungkin carilah bantuan, termasuk dari kaum profesional.

Pada akhirnya, memiliki mental yang sehat harus menjadi perhatian para ibu bekerja, karena dengan demikianlah mereka bisa membesarkan anak dengan baik. Kebahagiaan adalah yang utama, bukanlah kesempurnaan.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.