System Three Ways Conference plus Among sebagai Upaya Berinovasi dalam Pembelajaran Daring

Oleh: Asri Widowati dan Eko Hari

PPL merupakan salah satu rangkaian kegiatan PPG. Kegiatan PPL untuk mengembangkan profesionalisme mahasiswa sebagai guru, yang meliputi: praktik mengajar dan non-mengajar (administrasi kelas, administrasi sekolah, membina ko-kurikuler, ekstrakurikuler, dan kegiatan lainnya). PPL juga diharapkan dapat membentuk guru memesona.

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) sebagai bagian perguruan tinggi penyelenggara PPG beserta Guru Pamong (GP) dari sekolah mitra berupaya memfasilitasi mahasiswa PPG Prajabatan dan sekolah mengembangkan diri sebagai guru yang profesional dan mampu merencanakan pembelajaran dan kegiatan non-mengajar secara inovatif selama PPL PPG di era pandemi Covid-19 ini.

DPL bersama GP membimbing sekelompok mahasiswa yang berjumlah tujuh orang, di mana lima di antaranya sudah menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Mahasiswa PPG yang sekaligus CPNS ber-PPL di tempat ditugaskan, dan dua mahasiswa diminta untuk menentukan sekolah mitra terdekat dengan domisilinya.

Kondisi sekolah mitra beranekaragam, yang juga berkonsekuensi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama PPL PPG. Keanekaragaman kondisi zona daerah berdasarkan pandemi dan juga masalah kemudahan akses sinyal internet serta ketersediaan sarana prasarana pembelajaran daring menjadi beberapa faktor penting yang diperhatikan dalam kegiatan PPL PPG.

Adapun sekolah mitra yang dijadikan sebagai lokasi PPL, diantaranya ada yang SD Negeri maupun SD Swasta. Sekolah mitra berlokasi di Magelang (SDN Gelangan 6), di Kulon Progo (SDN Grindang), Kebumen (SDN Brencong, SDN Pasir), Bantul (SD Tegalsari Sanden, SDIT Bina Islam Krapyak), dan DIY (SDN Sidoluhur).

Tantangan yang Dihadapi

Akibat adanya pandemi Covid-19, maka terjadi perubahan cara mengajar dari tatap muka menjadi daring. Sebagian besar guru mengalami kebingungan terkait aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran daring pada awalnya.

Sebagian besar mahasiswa memberikan info bahwa praktik pembelajaran daring yang berlangsung selama ini hanya menggunakan WhatssApp Group (WAG) tetapi belum interaktif (hanya pemberian tugas).

Kendala dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM) berupa kemampuan TIK siswa SD masih rendah. Selain itu, sebagian besar siswa kurang berpartisipasi aktif dan kurang termotivasi dan ada pula yang membuat gaduh dalam pembelajaran daring.

Sebagian kecil melaporkan bahwa beberapa orang tua siswa kurang dapat diajak kerjasama. Sebagian besar mengeluhkan kebiasaan anak sering memegang handphone untuk bermain selama di rumah, sebagian kecil mengeluhkan beban tugas anak selama Belajar di Rumah (BDR).

Inovasi Pembimbingan

Terkait kondisi dan tantangan yang dihadapi selama PPL PPG berlangsung, maka DPL menerapkan model pembimbingan inovatif, yakni dengan system three ways conference plus among. Tahap-tahap pembimbingan meliputi: meREncanakan, berAKsi, mengobservaSi, dan merefleksI atau disebut juga REAKSI.

System three ways conference merupakan suatu cara pembinaan keprofesionalan dengan cara menggunakan konferensi atau pertemuan untuk berkomunikasi dari tiga arah (mahasiswa, dosen, dan guru pamong). Konferensi dilakukan secara online terjadwal melalui Google Meet atau WAG sebagai cara untuk berkomunikasi, dan didukung LMS via glacier.uny.ac.id untuk pelaksanaan rangkaian kegiatan PPL secara terprogram.

Pembimbingan juga dikombinasikan dengan sistem among. DPL bersama GP melakukan sistem among dengan cara memperhatikan kemampuan dasar dan potensi setiap mahasiswa. Selain itu, juga memberikan kesempatan yang luas dan mendorong mahasiswa untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan perbuatannya.

Penulis sebagai DPL bersama guru pamong memperhatikan potensi pemahaman, keterampilan, kemauan mahasiswa, dan upaya mahasiswa. Sistem among yang dimaksud berpedoman pada nilai-nilai yang meliputi: (1) keteladanan (ing ngarsa sung tuladha); (2) motivasi (ing madya mangun karsa); dan (3) mendukung serta percaya kepada bawahan (tut wuri handayani).

System Three Ways Conference plus Among.

Hasil Praktik Pembimbingan PPL

Pembimbingan dilakukan dengan melakukan perencanaan desain pembelajaran daring dengan platform yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing (via WAG, google meet, zoom) yang interaktif dan untuk daerah yang sulit sinyal perlu dipikirkan dengan setting pembelajaran luring terbatas atau home visit. Kegiatan diawali sharing pengalaman awal penggunakan platform yang pernah digunakan untuk membelajarkan siswa SD.

Interaktivitas dalam pembelajaran daring dicontohkan oleh penulis selaku  DPL dengan aplikasi WAG, yakni dengan menerapkan pendekatan pembelajaran aktif berupa discovery learning. Contoh yang diberikan dapat diimplementasikan secara baik oleh mahasiswa, yakni dengan mengoptimalkan interaktif dengan pendekatan pembelajaran aktif via apikasi WAG, gmeet, atau zoom. Mahasiswa berupaya mengaktifkan siswa dengan cara memita siswa memperhatikan tayangan atau gambar, meminta siswa bertanya dan aktif saat kegiatan penyelidikan dan diskusi serta presentasi.

Adapun inovasi pembelajaran daring oleh mahasiswa, antara lain: (1) via WAG, menggunakan voice note, pengumpulan tugas paperless juga dilakukan melalui WAG, khususnya tugas yang berupa keterampilan gerak (menari, percobaan) dan suara (menyanyi, presentasi), menggunakan link youtube untuk memanfaatkan media video; (2) via Zoom ataupun gmeet, dengan memberikan arahan kepada siswa untuk melakukan mute-unmute, dan penggunaan raise hand.

Mahasiswa yang praktik mengajar secara home visit berusaha untuk mengaktifkan siswa dengan mengimplementasikan pendekatan pembelajaran aktif berupa cooperative learning, hanya saja terkendala managemen waktu karena melakukan home visit sebanyak tiga grup dalam sehari. Berdasarkan hasil observasi, siswa masih kurang termotivasi belajar selama home visit yang ditunjukkan dari sikap duduk siswa.

Pembelajaran Daring Interaktif via WAG.

Refleksi berdasarkan hasil observasi tersebut adalah interaktivitas pembelajaran daring dan home visit sudah berlangsung tetapi motivasi belajar siswa dan manajemen waktu serta kolaborasi dengan orang tua siswa masih menjadi hal yang butuh dioptimalkan.

Secara implementasi, maka pembimbingan oleh penulis sebagai DPL bersama guru pamong dilakukan dengan mengajak mahasiswa menyelenggarakan pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna sebagai upaya untuk mengatasi masalah motivasi siswa dan manajemen waktu.

Mahasiswa yang beralih dari daring menjadi luring terbatas, tetap melakukan pembelajaran bermakna, antara lain dengan menggunakan metode penyelidikan, teknik mind mapping, pembelajaran kontekstual, termasuk dengan memanfaatkan potensi lokal atau kearifan lokal daerah serta penanaman karakter positif.

Penyelenggaraan pembelajaran bermakna secara luring terbatas: (a) Kegiatan penyelidikan ilmiah; (b) Praktik membuat dan bermain dengan mainan tradisional.

Khusus rencana pembimbingan masalah kerjasama dengan orang tua siswa maka upaya pendekatan secara personal kepada orang tua siswa, dan untuk masalah yang pelik dibantu oleh pihak pimpinan sekolah. Hal tersebut mengingat peran penting orang tua untuk mendampingi siswa belajar di rumah.

Guru ataupun pimpinan sekolah dapat mempertimbangkan untuk menghubungi orang tua sebagai mitra dalam hal seorang pendidik menghadapi kesulitan perilaku dengan siswa ataupun orang tua siswa.

Berdasarkan observasi, pada awalnya mahasiswa hanya dapat diam ketika terjadi keluhan orang tua siswa. Selanjutnya, penulis selaku DPL mengarahkan mahasiswa melakukan pendekatan personal dengan chat atau menelpon. Setelah dilakukan rencana pembimbingan dipraktikkan mahasiswa, orang tua siswa menunjukkan itikad baik untuk dapat berubah berperilaku positif dan bekerjasama saat mendampingi pembelajaran daring.

Hasil observasi pembimbingan menunjukkan bahwa mahasiswa mempraktikkan non mengajar secara daring dengan memberikan tugas baca sebagai bagian “Gerakan Literasi”. Mahasiswa membagikan e-book dan sekaligus kartu pantau membaca.

Berdasarkan hasil refleksi mahasiswa dan diskusi dengan dosen  beserta guru pamong maka penting untuk dilakukan upaya internalisasi budaya baca. Selanjutnya, diimplementasikanlah upaya internalisasi karakter gemar membaca berupa tugas pembuatan wayang kertas tokoh yang disukai berdasarkan buku cerita yang sudah dibaca.

Selain itu, siswa diminta pula untuk membuat poster seruan “Gemar Membaca”. Hasil kegiatan non-mengajar tersebut efektif untuk mengurangi kebiasaan memegang handphone untuk bermain.

Gerakan Literasi Daring: (a) Penyampaian Kegiatan Literasi; (b) Siswa Mengisi Kartu Pantau Membaca.

Model pembimbingan system three ways conference plus among dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan diri mahasiswa, dengan adanya kolaborasi antara DPL, GP, dan mahasiswa dapat terjalin dengan baik. Selain itu, mahasiswa memiliki kesempatan yang luas dalam melakukan analisis masalah, inovasi, dan berefleksi serta melakukan tindak lanjut.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.