Pendampingan Pola “Case-Based Coaching Clinic” untuk Meningkatkan Keterampilan Refleksi Berbasis Kasus

Oleh: Pujianto dan Riel Widiastuti

Pembentukan kepakaran seseorang (termasuk profesi guru) sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar dan dalam individu (Stepich, D.A., Ertmer, P.A., & Lane, M., 2001). Kondisi demikian juga menjadi pertimbangan dalam penyelengaraan PPG khususnya PPG Prajabatan. Banyak Lembaga pemerhati pendidikan salah satunya Tanoto Foundation ikut menyumbangkan peran dalam menyiapkan calon guru profesional melalui PPG Prajabatan.

Salah satu upaya untuk mendukung lingkungan yang baik dalam pembentukan kepakaran profesi guru dibuat pola kolaboratif melibatkan sekolah, perguruan tinggi sebagai lembaga penyelenggara PPG dan guru pamong (GP) sebagai komunitas guru yang telah memiliki pengalaman mengajar dan mendampingi peserta didik di sekolah.

Koordinasi dan kolaborasi yang baik antara perguruan tinggi, guru pamong, dan mahasiswa PPG sangat menentukan keberhasilan penyelenggaraan PPG. Dosen pembimbing lapangan (DPL) sebagai bagian perguruan tinggi penyelenggara PPG menjembatani mahasiswa PPG Prajabatan dan sekolah beserta guru pamong dalam merencanakan pembelajaran sehingga diperoleh inovasi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas.

Tantangan PPG yang dihadapi

Anjuran pemerintah untuk membatasi aktivitas yang melibatkan banyak kerumunan peserta didik ditindaklanjuti sekolah dengan melakukan pembelajaran dalam jejaring (daring). Lokasi SDN 3 Sragen yang terjangkau kualitas jaringan internet dengan baik sangat mendukung diselenggarakannya aktivitas belajar dari rumah (BDR).

Permasalahan yang ditemukan mahasiswa PPG Prajabatan di SD ini yaitu kondisi orang tua yang umumnya masyarakat pekerja sehingga sulit mendampingi peserta didik selama BDR. Terbatasnya perangkat untuk melakukan BDR dialami oleh sebagian besar peserta didik di SD tersebut.

Kondisi berbeda ditemukan di SDN Pulus Wonosobo. Peserta didik dibantu orang tua mengambil bahan pembelajaran serta penugasan guru di sekolah. Pengambilan bahan ajar dijadwalkan pada hari tertentu dan hasil pekerjaan peserta didik dikumpulkan sesuai kesepakatan waktu yang telah ditetapkan bersama.

Pelaksanaan aktivitas pembelajaran di sekolah lainnya yaitu SDN Tegalsari 2 Magelang, SDN Selomulyo Sleman, dan SDN Bangirejo 1 Kota Yogyakarta lebih banyak memanfaatkan media WhatsApp dalam WAG kelas. Mahasiswa PPG Prajabatan yang melaksanakan praktik pembelajaran di sekolah-sekolah tersebut menyesuaikan diri dengan kondisi dan karakteristik masing-masing sekolah.

Upaya memberikan umpan balik bagi hasil pekerjaan peserta didik sering terkendala kurangnya ketersediaan perangkat (gawai) yang dimiliki peserta didik jika pembelajaran disajikan melalui WAG kelas. Peserta yang memiliki perangkat terbatas dapat menggunakan gawai jika orang tua sudah pulang kerja.

Tantangan tersebut harus digunakan sebagai kerangka dasar mengembangkan pola pembimbingan dan pendampingan mahasiswa PPG Prajabatan berikutnya. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang adaptif dapat dilaksanakan dalam kondisi ada atau tidaknya pandemi.

Inovasi yang dikembangkan

Permasalahan yang ditemui mahasiswa PPG Prajabatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: permasalahan umum yang dialami semua mahasiswa dan permasalahan khusus yang hanya ditemukan sesuai karakteristik wilayah pelaksanaan PPL.

Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dipilih pola Case-Based Coaching Clinic (CBCC) dalam memberikan pendampingan dan bimbingan kepada mahasiswa PPG Prajabatan. Pola yang diterapkan ini mengadaptasi reflective based learning yang dikembangkan UNY.

Desain Pendampingan dan Bimbingan Pola CBCC.

Tahap awal CBCC dilakukan melalui aktivitas LMS dan Google Meet (GMeet). DPL dan GP membuat perencanaan strategi mekanisme pendampingan dan bimbingan kepada mahasiswa PPG Prajabatan. Hasil perencanaan tersebut disampaikan kepada mahasiswa sehingga diteruskan dengan tahap melakukan pengamatan awal dan wawancara terhadap guru kelas oleh mahasiswa selaku praktikan.

Tahapan berikutnya yaitu saling bertukar pengalaman mengenai kasus yang ditemukan di kelas dan upaya inovasi yang dilakukan guru kelas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Guru dan DPL memberikan coaching terkait apa saja yang dapat diterapkan mahasiswa berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukannya.

Salah satu rekomendasi DPL dan GP diwujudkan mahasiswa dengan melaksanakan pembelajaran berbantuan aplikasi Google Meet (GMeet). Rekomendasi ini diberikan khusus bagi SD yang sebagian besar peserta didiknya telah memiliki gadget.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan aplikasi GMeet.

Mahasiswa melakukan coaching clinic kepada peserta didik yang memerlukan pendampingan lebih mendalam. Coaching diberikan sesuai tingkat kesulitan pemahaman materi menurut pemahaman peserta didik. Peserta didik mendatangi praktikan (mahasiswa PPG Prajabatan) ke sekolah untuk mendapatkan penjelasan secara langsung.

Mahasiswa PPG menyiapkan satu meja dan dua kursi di depan kelas untuk menerima kunjungan peserta didik yang memerlukan coaching clinic. Waktu pendampingan yang diberikan kepada peserta didik sangat mempertimbangkan prosedur kesehatan di era pandemi.

Pelaksanaan coaching clinic kepada peserta didik yang kesulitan memahami materi pembelajaran

Mahasiswa saling melakukan coaching clinic antar praktikan dalam satu kelompok jika ada praktikan yang memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai jenis strategi yang diterapkannya dalam pembelajaran. Aktivitas demikian akan melatih seseorang menemukan solusi tepat dalam mengambil suatu keputusan terbaik sesuai kasus yang dihadapi (Joanne E. Marciano, Scott D. Farver, Amy Guenther, Lindsay Joseph Wexler, Kimberly Jansen, & Randi N. Stanulis, 2019). 

Pelaksanaan coaching clinic kepada peserta didik melalui kegiatan home visit

DPL dan GP mengevaluasi ketercapaian hasil pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan seluruh mahasiswa PPG Prajabatan. Hal-hal yang masih belum tercapai maksimal digunakan sebagai refleksi perbaikan pola pendampingan berikutnya.

Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas bagi daerah pandemi zona hijau

Aktivitas CBCC dilakukan secara berkelanjutan sehingga dicapai perbaikan kualitas pembelajaran yang dikehendaki. Berdasarkan tahapan dan alur CBCC yang telah diterapkan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa kasus tertentu memerlukan solusi unik tertentu pula.

Akhir keseluruhan tahapan CBCC diakhiri dengan mini seminar kelompok mahasiswa PPG Prajabatan untuk menjelaskan ketercapaian pelaksanaan PPL yang meliputi praktik kegiatan pembelajaran dan kegiatan non mengajar menggunakan pola CBCC.

Respons positif dari guru dan orang tua

CBCC tidak hanya melatihkan bagaimana mengidentifikasi suatu kasus yang terjadi di dalam kelas untuk digunakan sebagai sumber belajar bersama dalam pengembangan profesi guru berkelanjutan. Keterampilan membuat perencanaan, menerapkan, mengevaluasi, dan membuat refleksi semakin terlatih melalui aktivitas coaching clinic.

Respons tidak terduga diperoleh dari guru kelas maupun orang tua peserta didik yaitu: guru kelas belajar dari mahasiswa PPG Prajabatan bagaimana melakukan coaching clinic kepada peserta didik dan orang tua/wali dalam rangka menyamakan persepsi bahwa aktivitas belajar merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua dan sekolah (dalam hal ini diwakili guru kelas).

Hal baik dari penerapan CBCC ini harapannya dapat dilakukan secara terus menerus oleh para guru dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan pembelajarannya bagi peserta didik.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.