Tanoto Foundation Latih Guru Manfaatkan Teknologi Digital

Tanoto Foundation menggelar pertemuan bersama fasilitator daerah Kota Semarang di SMPN 39 Semarang untuk meningkatkan pemahaman para fasilitator daerah tentang program kerja program PINTAR. Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut setelah Tanoto Foundation dan Pemerintah Kota Semarang menandatangani kesepakatan dan perjanjian kerja sama untuk program PINTAR.Dr. Nurkolis, M.M. Koordinator Provinsi Jawa Tengah mengatakan untuk tahap awal, Tanoto Foundation akan melatih guru dari 16 SD di Kecamatan Tembalang dan Mijen.

M. Ari Widowati sedang mengisi sesi webinar AI4IMPACT tentang pemanfaatan teknologi digital untuk pembelajaran.

Sejak pandemi berlangsung transisi telah dilakukan dan kebiasaan baru telah terbentuk, salah satunya di sektor pendidikan. Dengan ini tenaga pengajar dan peserta didik dituntut untuk beradaptasi dalam mengutamakan teknologi digital sebagai cara pembelajaran. 

Survei Tanoto Foundation telah dilakukan pada lebih dari 600 sekolah mitra di 5 provinsi Indonesia dan menunjukkan bahwa terdapat 85% sekolah yang bergantung pada teknologi sebagai pembelajaran di masa pandemi, atau pembelajaran jarak jauh. 

Margaretha Ari Widowati, Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation juga menjelaskan mengenai perkembangan pembelajaran jarak jauh saat ia mengisi acara webinar AI4IMPACT yang mengangkat tema Upaya Gerakan Digitalisasi Pendidikan di Era New Normal. Ia menyatakan bahwa sudah 95% responden sekolah di Juli 2021 lalu yang telah menerapkan pembelajaran jarak jauh maupun tatap muka terbatas. 

Survei juga menyatakan bahwa masa transisi di saat ini telah berkembang lebih kompleks, dimana tahun lalu masih banyak yang hanya memanfaatkan WhatsApp sebagai media pembelajaran dan saat ini telah berkembang dalam penggunaan Learning Management System, Kahoot, YouTube, Zoom, Google Classroom, dan platform lainnya.

Namun dengan meningkatnya kompleksitas, pemanfaatan aplikasi digital tersebut hanya berada di angka 25% atau seperempatnya saja. Mengapa hal ini bisa terjadi sedangkan kualitas pembelajaran harus tetap kondusif dan berkualitas? 

Faktor seperti infrastruktur internet yang kurang merata di beberapa daerah serta guru yang belum melek teknologi lah yang membuat pemanfaatan teknologi belum maksimal. 

Minimnya melek teknologi oleh guru 

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), penetrasi internet di Indonesia masih didominasi oleh kaum milenial dengan usia 20-24 tahun dengan angka 88,5%. Sementara minoritas presentasi diduduki oleh guru yang berada di usia 40 tahun keatas sebagai kelompok yang kurang aktif dan terampil dalam penggunaan internet. 

Untuk mengatasi permasalahan ini, maka diadakan nyalah pelatihan bagi guru-guru dengan harapan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan teknologi. Tanoto Foundation lalu mengadakan digitalisasi pelatihan yang diluncurkan pada tahun ini melalui program e-PINTAR.

Tanoto Foundation juga telah mengintegrasikan teknologi dalam penggunaan program-programnya  guna memperbesar jangkauan dan akses yang bisa dilakukan secara efisien dan biaya yang efektif. 

“Teknologi memampukan kami menyalurkan manfaat kepada guru-guru, orang tua, dan siswa yang tidak bisa dijangkau dengan jalur konvensional seperti pelatihan tatap muka,” ungkap Ari.

Meningkatkan keterampilan digital guru melalui e-PINTAR

Mengenal e-PINTAR, dimana guru dapat berlatih secara mandiri untuk mengembangkan pembelajaran aktif melalui tatap maya maupun secara langsung dalam LMS pintartanoto.id. Di dalam LMS PINTAR, peserta juga dilatih bersama fasilitator yang dilaksanakan pada setiap waktu yang telah ditetukan. 

Dampak dari pelatihan e-PINTAR dengan jam pelatihan yang tinggi ini membuat mayoritas guru menjadi semakin percaya diri dalam menggunakan platform digital, yang sebelumnya kurang yakin dan bahkan tidak familiar

“Digitalisasi pelatihan ini menjadi penting karena kelas masa depan akan sarat teknologi. Kita bisa mulai mempersiapkan guru-guru untuk tidak gagap teknologi dan menjadi fasilitator pembelajaran yang sepadan untuk siswanya yang sudah digital-native terlebih dahulu,” tambah Ari.

Dengan adanya dunia pendidikan yang mengalami transisi, teknologi menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk menjadikan proses pembelajaran menjadi maksimal. Dari sini kita juga dipaksa untuk dapat beradaptasi dengan cepat terhadap teknologi yang tidak membatasi waktu, geografis, dan pilihan sumber belajar. 

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.