Orang Tua, Ini Cara Dampingi Perkembangan Psikis Anak

Oleh: FX Banu Resiyawan, Spesialis Pendidikan Tanoto Foundation

Anak usia SD dan SMP mengalami proses yang berbeda ketika mereka sedang bertumbuh dari fase anak-anak menjadi remaja. Oleh karena itu orang tua sebaiknya memperhatikan kebutuhan anak mereka sesuai dengan umur agar perkembangan anak lebih optimal.

Orang tua dapat mendukung mereka untuk mencapai kompetensi anak dengan memberikan kesempatan agar mereka belajar mandiri, namun tetap dengan pengawasan dari orang tua.

Anak usia SD dan SMP, sedang mengalami proses dari fase anak-anak menjadi remaja. Untuk itu, orang tua perlu memberikan perhatian ekstra terhadap perkembangan psikis anak pada usia tersebut.

Hal ini dikarenakan perilaku, sikap, cara berpikir, dan emosi anak sedang tumbuh dan berkembang seiring dengan usia. Lalu apa yang perlu menjadi perhatian orang tua?

Secara psikis anak usia SD sedang berada di fase membangun rasa percaya diri melalui penguasaan kompetensi dasar. Mereka akan lebih sering melakukan aktivitas seperti menulis, membaca, belajar makan sendiri, mengungkapkan pendapat, dan belajar menjalin pertemanan dengan anak sebayanya.

Anak usia SD membutuhkan kesempatan dan dukungan untuk dapat melakukan segala sesuatu secara mandiri. Orang tua dapat mendukung mereka untuk mencapai kompetensi anak dengan memberikan kesempatan agar mereka belajar mandiri, namun tetap dengan pengawasan dari orang tua.

Misalnya, berikan waktu untuk anak mempraktikkan hobi, misal memasak masakan sederhana. Jika anak berhasil memasak, orang tua dapat memberikan afirmasi dengan cara memuji anak dan memberi kepercayaan anak untuk mencoba membuat masakan lain.

Tapi jika anak gagal memasak, orang tua tidak perlu kecewa. Berikan kasih sayang dan pengertian agar anak tidak merasa bahwa kegagalan adalah hal buruk, melainkan pelajaran berharga untuk melakukan lebih baik di masa mendatang.

Orang tua juga tidak perlu melakukan pemaksaan kehendak terhadap anak, tetapi cobalah dulu melakukan pendekatan yang lebih baik. Datangi, dengar, dan pahami dunia mereka. Jadilah sahabat anak sesuai dengan usianya. Masuklah ke dunia mereka untuk memberi pengaruh positif.

Pencarian identitas usia remaja

Sementara itu, jika bicara perkembangan psikis anak usia SMP atau remaja, biasanya mereka sedang dalam fase mencari identitas diri.

Secara tidak langsung mereka sedang berada dalam fase peralihan dari anak-anak dan mulai mencari identitas dengan pengaruh kuat dari lingkungan, terutama teman sebayanya.

Bentuk dukungan yang dapat dilakukan orang tua adalah menjalin komunikasi yang terbuka dengan anak. Orang tua perlu mendampingi dan mengawasi anak remaja agar terhindar dari gaya hidup yang berbahaya bagi kesehatannya dan terhindar dari pengaruh negatif.

Sebagai contoh, anak usia SMP mungkin sudah mulai mengenal apa itu rokok dan minuman keras. Orang tua harus memberi pengertian apa saja dampak jika melakukan hal negatif, yang datangnya bisa dari pengaruh lingkungan.

Orang tua juga perlu mendorong anak belajar membuat keputusan apa yang terbaik untuk hidupnya. Selain itu, orang tua perlu mengarahkan dan menyediakan wadah bagi anak remaja beraktualisasi diri, seperti berorganisasi, bergabung di klub basket, bermain musik, dan hal positif lainnya.

Arahkan dan bantu anak untuk bersosialisasi dengan teman-temannya yang baik. Ajak orang dewasa lain untuk terlibat memberi pengaruh positif kepada anak remaja.

Lingkungan positif yang mengelilinginya akan membentuk anak memiliki mental yang baik untuk tumbuh kembang pada fase selanjutnya.

Lebih dekat di masa pandemi

Masa pandemi seperti sekarang dapat dimanfaatkan orang tua untuk lebih sering melakukan aktivitas dengan anak, baik itu aktivitas yang sifatnya membangun kemandirian bagi anak usia SD maupun aktivitas yang menanamkan identitas diri positif bagi anak usia SMP atau remaja.

Orang tua juga harus punya pemahaman bahwa pendidikan itu jangka panjang dan tidak instan.

Cakupan pendidikan itu ada di ranah akademis, dan juga non-akademis.

Untuk itu, orang tua perlu ambil peran yang lebih besar untuk mendukung tumbuh kembang anak yang baik secara berkelanjutan, baik di ranah akademis maupun non-akademis.

Dampingi anak belajar dan berkolaborasilah dengan anak untuk menyelesaikan setiap tantangan belajar yang ada di masa pandemi supaya anak tidak merasa sendiri saat menghadapi kesulitan belajar.

Perkuat relasi yang humanis dengan anak untuk membangun karakter anak yang baik sebagai bagian orang tua menjadi sahabat anak belajar.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.