Mengembangkan  Keterampilan Berinteraksi Positif lewat Program Bercerita untuk Adik Kelas

Atthailah, siswa kelas V SDN 03 Tanah Merah kabupaten Batu Bara, bercerita tentang peristiwa terjadinya hujan untuk siswa kelas dua menggunakan diorama yang ia buat sendiri dari bahan yang mudah ditemukan dilingkungan sekitar.

Sekolah merupakan wadah atau tempat untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa agar tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter serta sukses di kehidupannya di masa depan. Salah satu potensi siswa  yang perlu untuk  dikembangkan adalah keterampilan berinteraksi positif.

Interaksi dapat diartikan sebagai sebuah tindakan atau hubungan timbal balik antara dua objek atau lebih secara dinamis, seperti guru dengan siswa maupun  siswa dengan siswa lainnya. Berinteraksi positif menjadi bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Untuk itu, guru harus mampu menganalisa kemampuan siswanya dalam berinteraksi. Terkadang masih banyak diantara siswa yang belum mampu berinteraksi dengan baik sehingga siswa tersebut menjadi pribadi yang kuper dan tidak percaya diri. Dan menjadi tugas dan tanggung jawab guru untuk membuat siswa keluar dari ketidakmampuannya dalam berinteraksi positif.

Mengingat betapa pentingnya keterampilan berinteraksi positif ini bagi diri siswa, Tati hariyanti guru kelas 5  SD Negeri 03 Tanah Merah kabupaten Batu Bara  melakukan metode bercerita  dari siswa untuk siswa. Tati hariyanti  membuat sebuah program “Bercerita untuk Adik Kelas”. Dimana kakak kelas akan bercerita atupun membacakan cerita kepada adik kelasnya.  Menurut Tati Hariyanti, metode ini mampu menjembatani siswa dalam berinteraksi yang positif, apalagi hubungan interaksi yang terjadi lebih luas bukan hanya dalam lingkup kelasnya saja  tetapi mencakup ekosistem sekolah. Seperti halnya siswa kelas 5 yang bercerita untuk siswa kelas 1, 2, 3 dan 4.

Dalam proses  pembelajaran, tentu harus terbangun interaksi yang baik antara guru dan siswa  maupun siswa dengan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dan pembelajaran MIKIR (mengalami, interaksi, komunikasi, refleksi) yang di gaungkan oleh Tanoto Foundation   menjadi  pilihan yang tepat. Interaksi merupakan salah satu kegiatan penting dalam belajar MIKIR itu sendiri. Itulah alasan  mengapa Tati Hariyanti melakukan metode bercerita untuk adik kelas ini.

“Mungkin metode ini terlihat biasa saja, namun lewat bercerita atau membacakan cerita akan berpengaruh besar pada perkembangan berinteraksi siswa. Sehingga interaksi yang terjadi dalam ekosistem sekolah menjadi lebih harmonis terutama pada saat pembelajaran berlangsung,” ujar Tati Hariyanti yang juga Fasilitator Daerah (fasda) Tanoto Foundation ini.

Sebelumnya Tati Hariyanti telah memberikan penugasan  proyek kepada siswa kelas 5 untuk membuat diorama tentang siklus air. Kemudian siswa wajib membuat laporan tertulis tentang pengerjaan diorama siklus air tersebut serta menceritakan kejadian atau peristiwa apa saja yang dapat dijelaskan dari diorama buatannya itu.  Dari bagaimana penguapan air terjadi akibat terkena panasnya matahari hingga turunnya air kembali ke bumi melalui hujan.

Pada saat pembelajaran tersebut berlangsung, ketepatan sekali cuacanya sedang turun hujan. Tati Hariyanti mendengar sekelompok siswa kelas dua tengah asik membicarakan tentang hujan. “Eh…hujannya datang dari langit kan,” celoteh salah satu siswa kelas dua itu dan disambut dengan anggukan dari  teman temannya tanda setuju dengan pendapatnya.

“Saat itulah muncul ide saya untuk mengajak siswa kelas 5 bercerita tentang peristiwa terjadinya hujan untuk siswa kelas dua menggunakan diorama buatan mereka sendiri. Saya yakin siswa kelas dua akan merasa senang ketika mendengar cerita dari kakak kelasnya begitu juga bagi siswa kelas 5 akan mendapat pengalaman yang baru dari kegiatan itu. Saya menyadari bahwa siswa merupakan aset utama yang memiliki potensi untuk  terus  dikembangkan  termasuk dalam berinteraksi,” kata tati Hariyanti pula.

Selanjutnya Tati Hariyanti menemui guru kelas dua untuk menyampaikan maksud dan tujuannya . Hal itu disambut baik oleh Suriati guru kelas dua. Menurutnya cara ini pasti akan membawa suasana baru bagi siswanya karena cerita yang mereka dengar bukan dari gurunya melainkan kakak kelasnya.

“Saya suka dengan idenya bu Tati, karena pasti anak anak akan mendapat suasana baru sehingga mereka akan lebih antusias dalam mendengarkan ceritanya. Kalau sama saya kan sudah setiap hari , bosan mereka,” kata Suriati menanggapi.

 Setelah perbincangan tersebut akhirnya Suriati memberikan waktu dan kesempatan bagi siswa kelas 5  masuk di kelas dua  untuk bercerita kepada adik adiknya . Suriati memberikan informasi kepada siswanya agar dapat mendengarkan baik baik cerita  dari kakak kelasnya.

Tati Hariyanti kemudian berdiskusi dengan siswa kelas 5 untuk menentukan siapa yang berkesempatan bercerita kali ini. Voting pun dilakukan dan suara terbanyak jatuh pada Atthailah yang juga ketua kelas. Akhirnya dengan media diorama buatannya, Atthaillah pun melangkah menuju ruang kelas dua dengan rasa percaya diri. Ternyata, semua siswa kelas dua sudah menunggu tak sabar ingin mendengarkan cerita dengan begitu antusias.

Selaku guru kelas V, Tati Hariyanti memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi positif dan meningkatkan keterampilan berbicara di depan banyak orang dengan tujuan mengajarkan siswa untuk bersikap saling menghargai sehingga tercipta interaksi sosial yang positif.

“Halo…..apa kabar adik adik?” Seru Atthaillah sambil tersenyum. “Hai…… “ sambut siswa kelas dua pula. Atthailah meminta adik adiknya untuk duduk tenang dan mendengarkan ceritanya. Kemudian Atthailah menunjukkan dioramanya dan benar saja begitu melihatnya siswa kelas dua mulai sibuk memperhatikan diorama tersebut bahkan ada juga yang langsung mengomentarinya.

Atthailah mulai bercerita mengenai terjadinya hujan sembari memainkan diorama sebagai medianya dalam bercerita. Terbangun hubungan timbal balik diantara mereka, terlihat adanya tanya jawab, gelak tawa, tepukan tangan bahkan ada diantara siswa kelas dua yang berani bercerita tentang pengalamannya bermain hujan. Lucu sekaligus seru  melihatnya.  Interaksi mereka begitu saja mengalir secara natural, tidak ada rasa takut maupun terpaksa.

“Bang Atthaillah….. besok cerita lagi ya bang,” kata Zahira sambal tersenyum. Dia merasa senang sekali  hari ini. “ Buk  guru besok ada cerita lagi bu? Enak lo buk , seru,” kata Faris . Mendengar itu Atthaillah senyum senyum sambal mengancungkan jempol kepada adik adik kelas dua. Begitu juga dengan Suruati dan Tati Hariyanti yang turut mendengarkan sekaligus mengawasi selama kegiatan.

Suatu pembelajaran yang sangat bermakna. Dari kegiatan tersebut membawa banyak manfaat bagi siswa . Bagi Tati Hariyanti kegiatan ini memjadi pembelajaran berharga . Artinya guru dapat belajar dari pengalaman dan keterampilan yang dimiliki siswanya.

“Selain memberikan kesempatan siswa untuk sering berinteraksi positif dan meningkatkan keterampilan  berbicara, kegiatan ini juga mengajarkan  siswa untuk belajar bersikap saling menghargai  sehingga tercipta interaksi sosial yang positif,” jelas Tati Hariyanti.

Melihat dampak yang positif dari kegiatan bercerita ini terhadap perkembangan berinteraksi positif siswa, maka Tati Hariyanti kemudian menjadikan “bercerita untuk adik kelas” sebagai program kelas. Dia membicarakan rencana programnya ini kepada kepala sekolah dan juga rekan rekan guru lainnya. Tentu program ini akan berjalan efektif jika semua ekosistem sekolah mendukungnya.

Program bercerita kepada adek kelas di rancang Tati Hariyanti sebagai bahan evaluasi dan refleksi pembelajaran lampau, serta memberikan motivasi dan memunculkan keingin tahuan adek kelasnya menggunakan media pembelajaran yang menarik.

Sebagai langkah awal, Tati Hariyanti menemui kepala sekolah dan menjelaskan tentang programnya tersebut. Hj. Sutiasmi, kepala sekolah SD N 03 Tanah Merah salut dengan rencana yang digagas oleh Tati Hariyanti. Beliau mendukung penuh program tersebut dan meminta Tati Hariyanti mendiskusikan jadwal dan juga teknis kegiatannya Bersama rekan guru yang lain.

“ Program yang bagus sekali itu bu Tati, saya dukung kegiatan ini. Jika ada yang dibutuhkan sampaikan saja ke saya ya buk. Koordinasikan dengan guru guru yang lain. Atur waktunya agar tidak menggangu pembelajaran di kelas lainnya,” jelas Hj.Sutiasmi

Akhirnya program “bercerita untuk adik kelas”  ini disepakati pelaksanaannya seminggu sekali setiap hari Sabtu  dengan kelas yang berbeda atau berganti kelas setiap minggunya. Begitu pula dengan siswa kelas 5 akan bercerita sesuai dengan gilirannya masing masing .

“Saya bersyukur karena dengan adanya program ini, semua ekosistem sekolah terlibat aktif dan kegiatan ini juga dapat membangkitkan kembali semangat guru guru untuk bergerak Bersama dalam  memajukan Pendidikan, terutama pembentukan karakter pada diri siswa,” ungkap Tati Hariyanti.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.