Diannita Ayu, guru SDN 2 Sukorejo menerapkan konsep film animasi Upin dan Ipin dalam pembelajarannya di kelas. Dengan memerankan beberapa peran dalam Upin dan Ipin per kelompok di dalam kelas, siswa dapat melaksanakan kegiatan ekonomi interaksi sosial yang berada di dalam Upin dan Ipin.
Film animasi produksi Malaysia yang populer di Indonesia, Upin dan Ipin, ternyata bisa diadsaptasikan dalam proses pembelajaran. Inilah yang dilakukan SDN 2 Sukorejo, Diannita Ayu, dengan menerapkan pembelajaran kelas dengan mengambil karakter kegiatan ekonomi interaksi sosial.
Diannita Ayu menjelaskan mengenai implementasi kreasi tulisan praktik baik yang sudah dilakukannya melalui gagasannya konsep “Belajar dari Upin Ipin” di acara talksow Praktik Baik Tanoto Foundation bekerjasama dengan Radar Pekalongan yang dipandu oleh GM Radar Pekalongan, Ade Asep Syarifuddin, Jumat (15/10/2021), melalui Channel Radar Pekalongan yang mengedukasi dan menginspirasi.
Diakui Diannita, idenya tersebut terinspirasi dari anaknya yang suka menonton Upin Ipin.
“Dari situ saya banyak mengambil pelajaran yang ternyata dapat diterapkan melakukan pembelajaran di kelas. Mengambil karakter mengenai kegiatan ekonomi interaksi sosial yang dilakukan di film Upin dan Ipin,” katanya.
Yang menarik, anak-anak tidak dituntut untuk mendalami sebuah karakter dari setiap tokoh yang ada di film tersebut. Mereka mendapatkan kebebasan untuk melakukan improvisasi dalam pentas sosiodrama tersebut.
“Anak-anak kita bebaskan berimprovisasi. Tidak harus persis seperti tokoh yang diperankanya. Perannya juga yang peran sentral. Ada yang terbiasa untuk membeli makanan dan memasak serta menjualnya. Itu dikaitkan dengan materi interaksi sosial dalam kaitanya dengan kegiatan ekonomi,” ungkap Dinanita Ayu.
Konsep belajar dari Upin dan Ipin diterapkan kepada anak didiknya di kelas 5B, yaitu untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui ketrampilan bermain peran dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan memberikan evalusai dengan memberikan petanyaan pengetahuan tokoh dan perannya. Banyak karakter tokoh fiski di film animasi Upin dan Ipin tersebut, selain pemeran utama Upin dan Ipin diantaranya ada Mei Mei, Ehsan, dan Ancle Muthu. Dalam memilih karakter tokoh yang akan dimainkan anak-anak diberikan kebebasan.
“Sebelum pentas drama, saya hanya memberitahukan kepada anak-anak yang sudah saya bagi mejadi beberapa kelompok untuk pentas. Mereka hanya dikasih jalan ceritanya dan peralatan apa yang harus disiapkan. Saat itu anak-anak tertarik dan penasaran. Untuk siswa yang berkebutuhan khusus saya memberikanya peran yang tidak ada dialognya, tapi tetap bisa melakukanya,” jelas Diannita Ayu.
Dengan konsep belajar ala Upin dan Ipin, dapat diketahui dari ekpresi mereka senang tidaknya saat belajar melalui bermain peran. Bahkan di ahkir pembelajaran Dpun memberian refleksi kepada anak didiknya agar mereka terbiasa dari pembelajaran dan mengatahui apa yang dirasakanya.
“Misal kalau kurang nyaman maka akan saya terapkan ke pembelajaran selanjutnya. Bearti harus ada memperbaikan bagian mana yang dinilai kurang nyaman. Tapi Ketika anak anak praktik mereka los saja dan tak merasa terbebani, mereka tidak saya suruh menghafalkan naskah jadi mengalir begitu saja,” pungkas Diannita Ayu.
Artikel ini telah dipublikasikan oleh Radar Pekalongan dengan judul ” Konsep Belajar ala Upin Ipin Mampu Tingkatkan Semangat Belajar Siswa”, https://radarpekalongan.co.id/143696/konsep-belajar-ala-upin-ipin-mampu-tingkatkan-semangat-belajar-siswa/2/.