Teknik pembelajaran yang menarik minat siswa belajar di masa pandemi Covid-19, sedang berlangsung di Desa Timbang Lawan, Dusun 8, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Para guru Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Timbang Lawan, sedang bersemangat mengajar para siswanya memakai inovasi yang baru mereka pelajari: komik edukasi!
“Kata para guru MIS Timbang Lawan yang kami latih, komik edukasi adalah solusi yang mereka perlukan dalam mengajar. Kata mereka, para siswa jadi lebih tertarik untuk membaca, dan bahkan tidak sadar jika sebenarnya mereka sedang belajar,” ungkap Rora Rizky Wandini, dosen yang mengikuti Pengabdian Masyarakat (Pema) Mahasiswa PGMI UIN Sumut.
“Mereka sangat antusias belajar, karena merasa materi pelatihannya cocok dengan kebutuhan mereka,” cetus Rora, seraya tersenyum.
Senada, Kepala Desa Timbang Lawan, Malik Nasution juga mengungkapkan hal senada. Kata mereka, teknik mengajar dengan komik edukasi sangat membantu guru dan siswa. Karena sedikit sekali siswa di desa mereka yang memiliki fasilitas elektronik berupa hape dan laptop untuk belajar daring selama pandemi Covid-19.
Adaptasi dari Big Book
Apa itu komik edukasi? Rora yang juga merupakan fasilitator dosen dari Tanoto Foundation, menjelaskan, komik edukasi yang mereka ajarkan merupakan adaptasi dari pembuatan big book yang direkomendasikan oleh Tanoto Foundation, untuk guru kelas awal.
“Langkah pembuatannya hampir sama. Yang membedakan adalah penggunaan gambar, plot cerita, dan ukuran kertas,” jelasnya mengawali.
Jika big book memiliki ciri menggunakan ukuran kertas berkisar 40 x 50 centimeter, dapat disajikan landscape atau portrait, dengan jumlah halaman antara 8-15, didominasi oleh gambar yang besar dan mendukung teks, dengan tulisan besar dan singkat, serta topik cerita yang dekat dan sesuai dengan kebutuhan siswa, maka komik edukasi menggunakan ukuran kertas yang lebih kecil, dan antara penggunaan gambar dengan teks sama persentasenya.
“Dengan melatih guru cara membuat komik edukasi, mereka berharap para guru tingkat sekolah dasar mampu menyajikan materi ajar agar lebih menarik, sehingga siswa makin termotivasi untuk membaca,” kata Rora.
Senada, 2 mahasiswa yang ikut menjadi tutor pelatihan membuat komik edukasi kepada guru, yakni Qhasasa dan Rizky Sari Siregar, mengatakan, saat awal mereka belajar membuat big book dan komik di perkuliahan, mereka juga agak bingung.
“Kata umi Rora Rizky Wandini (dosen, red), dulu guru mengajar dengan pulpen. Sekarang, ada media ajar yang bisa membuat guru tidak capek, yakni big book. Lantas kami diajari dulu cara membuat big book untuk anak kelas rendah. Big book itu ada yang dibuat dengan gambar tempel, dengan kain perca, dengan menggambar sendiri, dan dengan aneka bahan yang tersedia di lingkungan sekitar (daun, biji-bijian),” kata mereka.
Setelah mahasiswa mampu membuat big book, barulah mereka diajari membuat komik edukasi menggunakan aplikasi Clip Studio Paint Pro dan Comic Pages Creator.
“Kami diajari langkah-langkah pembuatannya, dikerjakan per kelompok, diajari proposi bentuk untuk karakter berbeda, dan seterusnya. Pertama-tama bingung, namun akhirnya berhasil. Ilmu itulah yang sekarang kami bagikan dalam kegiatan Pema ini,” beber mereka antusias.
Para tutor pelatihan itu merasa senang, karena materi mereka diterima sebagai ‘oleh-oleh’ untuk para siswa MIS Timbang Lawan.
“Para siswa senang belajar hal-hal baru. Pembelajaran dengan media komik ini sangat baik digunakan pada masa pandemi seperti sekarang,” ujar Rizky.
Serahkan Komik ke Siswa
Usai pelatihan, para dosen, mahasiswa, guru, dan aparat desa diabadikan bersama, saat menyerahkan produk komik yang mereka buat kepada siswa MIS Timbang Lawan.
Kegiatan Pema Mahasiswa PGMI UINSU yang diketuai Amir Hamzah, didampingi dosen pembimbing lainnya, Andina Halim Syah Rambe, ikut dihadiri Kepala BK Mushola Nurul Kasih Desa Timbang Lawan, Umar, dan masyakat desa. “Pema berlangsung dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan Covid-19. Mahasiswa menggunakan masker dan hand sanitaizer,” pungkas Rora.