Four Ways Conference Berbasis Jurnal Reflektif dalam Pembimbingan PPL PPG

Oleh: Rahayu Condro Murti dan Nurudin

 Pelaksanaan pembelajaran interaktif melalui WAG.

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) bertujuan untuk menghasilkan lulusan calon guru yang mampu menyiapkan siswa dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di abad 21 dan memberikan kontribusi positif untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara berkualitas dan bermakna. Oleh karena itu, salah satu tahapan yang harus dilalui mahasiswa PPG adalah melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) PPG yang menerapkan pembelajaran inovatif berdasarkan suatu permasalahan pembelajaran yang dijumpainya.

a. Pendahuluan

Permasalahan pembelajaran yang dihadapi mahasiswa PPL PPG Prajabatan tentunya beragam, karena 7 mahasiswa dalam penelitian ini melaksanakan PPL di 4 SD yang berbeda, yaitu SD Model Sleman Yogyakarta, SD Sorobayan Bantul Yogyakarta, SDN 1 Purwogondo Kebumen, dan SDN Sendangsoko Pati. Pada masa pandemi Covid-19 ini, semua mahasiswa melaksanakan pembelajaran di SD secara daring (dalam jaringan). Pembelajaran daring tentunya membutuhkan kemampuan guru dalam Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) dan dalam memotivasi siswa untuk terlibat dalam pembelajaran (Chiu, Lin, & Lonka, 2021; Makawawa et al, 2021). Pembelajaran dilaksanakan melalui aplikasi Zoom atau Google Meet hanya digunakan pada SD Model Sleman, sedangkan 3 SD lainnya melalui WhatsApp Group (WAG) secara sinkron (interaktif) maupun asinkron. Kendala yang dihadapi pun beragam, mulai dari keterbatasan perangkat yang dimiliki siswa sampai pada lemahnya sinyal internet. Namun mahasiswa tetap dapat melaksanakan pembelajaran daring dengan memanfaatkan beberapa fitur yang bisa digunakan pada WAG, seperti chat, voice note, video pembelajaran karya mahasiswa, video hasil praktik siswa, file attach, photo, PPT, membuatkan link untuk diskusi kelompok dan link YouTube sebagai sumber belajar alternatif.

Mahasiswa melaksanakan pembelajaran daring berbasis permasalahan yang dijumpai pada saat observasi, yang dikemas sebagai Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan harapan memberikan dampak positif bagi siswa, seperti yang dikemukakan oleh Suparman et al (2021) yaitu penggunaan pembelajaran berbasis masalah berdampak pada hasil belajar siswa yang lebih baik. Adapun permasalahan yang menjadi fokus dari masing-masing mahasiswa tertera pada tabel ini.

Fokus Permasalahan Masing-masing Mahasiswa.

Permasalahan non-pembelajaran yang dihadapi mahasiswa adalah (1) mahasiswa merasa kurang mendapat pengalaman dalam kegiatan non mengajar akibat dari semua kegiatan di sekolah dihentikan untuk sementara waktu dan (2) perangkat pembelajaran untuk pelaksanaan siklus 1 PTK tidak sesuai dengan materi yang sedang dibahas saat itu, sehingga beberapa mahasiswa harus menyusun perangkat pembelajaran kembali.

b. Inovasi PPG Prajabatan

1) Tantangan yang Dihadapi

Tantangan yang dihadapi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan  Guru Pamong (GP) pada pelaksanaan PPL PPG Prajabatan saat ini antara lain: (1) sekolah mitra ada 4, GP hanya 1 untuk semua mahasiswa sehingga GP bukan berasal dari 3 SD lainnya, (2) permasalahan yang dihadapi mahasiswa beragam sehingga  membutuhkan pendampingan secara individu, (3) dalam  melakukan refleksi untuk semua mahasiswa membutuhkan waktu yang lama, (4) karena waktu pertemuan yang panjang sehingga menimbulkan kejenuhan yang mengakibatkan refleksi pembelajaran dan non mengajar menjadi kurang optimal.

2) Inovasi Pembimbingan

Inovasi pembimbingan yang dilakukan DPL bersama GP untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi mahasiswa dan tantangan yang dihadapi DPL dan GP adalah melakukan refleksi terprogram untuk setiap mahasiswa yang disebut Four Ways Conference (FWC) Berbasis  Jurnal Reflektif. FWC merupakan kegiatan refleksi pembelajaran yang melibatkan  4 orang yaitu praktikan, dan 3 orang observer (teman sejawat, GP, dan DPL). Pelaksanaan FWC secara online melalui video conference (vicon).

Pembimbingan pada mahasiswa PPL PPG Prajabatan dilaksanakan dengan beberapa cara, yaitu melalui glacier.uny.ac.id, WAG atau WA pribadi (untuk konsultasi khusus), vicon kelompok dan vicon individu berupa Four Ways Conference (FWC). Pada pertemuan awal vicon kelompok dilaksanakan untuk membuat berbagai kesepakatan pelaksanaan PPL PPG. Vicon kelompok berikutnya membahas tentang kegiatan non mengajar yang dilakukan oleh masing-masing mahasiswa. Vicon individu yang disebut dengan istilah FWC, merupakan bentuk refleksi mendalam terhadap praktikan setelah melaksanakan pembelajaran berdasarkan hasil catatan jurnal reflektif praktikan dan para pengamat. Melalui kegiatan refleksi secara terus menerus, pembelajaran akan semakin berkualitas (Tuli, 2017; Pinsky, Monson & Irby, 1998). Berikut adalah bagan pelaksanaan FWC sebagai continuous improvement.

Four Ways Conference sebagai Continuous Improvement.

FWC dilakukan sebanyak 7 kali dalam setiap siklusnya, karena terdapat 7 mahasiswa yang dilakukan secara bergantian setelah mereka melakukan praktik pembelajaran. Diakhiri dengan refleksi bersama (seluruh mahasiswa, GP dan DPL) terkait pelaksanaan four ways conference melalui WAG dan vicon kelompok. Pembiasaan melakukan refleksi pembelajaran yang melibatkan observer harapannya akan membantu praktikan menjadi guru yang senantiasa mengembangkan kualitas pembelajarannya secara berkesinambungan.

Pembimbingan oleh DPL dan GP terhadap mahasiswa melalui FWC ini dilaksanakan dengan menggunakan REAKSI, yaitu meREncanakan, berAKsi, mengobservaSi, dan merefeksI. Pendekatan yang dikembangkan oleh Universitas Negeri Yogyakarta yang berkolaborasi dengan Program PINTAR Tanoto Foundation dirasakan sangat efektif untuk mewujudkan guru yang senantiasa mengembangkan kualitas pembelajarannya secara berkesinambungan. Implementasi inovasi pembimbingan FWC berbasis jurnal reflektif dengan pendekatan REAKSI secara sederhana diuraikan sebagai berikut.

REAKSI SIKLUS 1

Rencana

Beberapa hal yang dilakukan pada tahap perencanaan/perancangan inovasi pembimbingan adalah:

(1) DPL berdiskusi dengan GP tentang rancangan inovasi pembimbingan.

(2) Koordinasi antara GP, DPL, dan seluruh mahasiswa tentang perencanaan/jadwal masing-masing mahasiswa masuk kelas, menentukan observer teman sejawat, dan menetapkan jurnal refleksi yang akan dicatat selama observasi (minimal mencatat: 3 keberhasilan, 2 hal yang masih perlu ditingkatkan, dan 1 saran/pertanyaan/yang masih membingungkan).

(3) Menjelaskan kepada mahasiswa, tentang pembimbingan FWC yang akan dilaksanakan.

Aksi

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap aksi adalah:

(1) Mengikuti dan mengobservasi pembelajaran yang dilakukan praktikan secara penuh (dari awal hingga akhir). Jika pembelajaran daring melalui WAG, maka teman sejawat, GP, dan DPL dimasukkan ke dalam grup kelas tersebut. Bagi mahasiswa yang menggunakan tatap maya langsung seperti Zoom ataupun Google Meet, memberikan link untuk join the meeting.

(2) Observer melakukan pencatatan jurnal reflektif. Dilengkapi bukti screenshoot agar mahasiswa mudah memahami isi jurnal saat berdiskusi.

(3) Koordinasi antara praktikan dengan semua observer untuk menentukan waktu pelaksanaan FWC.

(4) Melaksanakan four ways conference (pesertanya adalah praktikan, 1 teman sejawat, GP, dan DPL) dengan tahapan:

(a) DPL membuka four ways conference

(b) GP memimpin doa bersama sebelum mulai

(c) DPL menjelasan langkah-langkah four ways conference

(d) Praktikan melakukan refleksi diri (mempresentasikan hasil jurnal reflektifnya). Refleksi diri merupakan salah satu faktor dalam mengembangkan profesionalisme guru (Rahman, 2014; Avalos, 2011).

(e) Teman sejawat mempresentasikan hasil jurnal reflektifnya

(f) GP memberikan komentar atas presentasi praktikan sekaligus menyampaikan catatan jurnal reflektifnya

(g) DPL memberikan komentar atas presentasi praktikan sekaligus menyampaikan catatan jurnal reflektifnya

(h) DPL mempersilahkan praktikan memberikan tanggapan atas komentar dari teman, GP, dan DPL serta menyebutkan RTL (Rencana Tindak Lanjut).

(i) GP menutup dengan doa bersama

(j) DPL menutup kegiatan four ways conference

Observasi

Pada tahap observasi, beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah:

(1) GP dan DPL mencermati dan mencatat hal penting dalam pelaksanaan FWC

(2) Praktikan menyusun resume atas pelaksanakan four ways conference

(3) Resume ini dijadikan satu dan dibukukan sehingga masing-masing mahasiswa dapat membaca hasil refleksi FWC dari mahasiswa lainnya yang dikirim ke WAG.

Refleksi 

Pada tahapan terakhir dalam pendekatan REAKSI ini yang dilakukan adalah refleksi bersama melalui WAG. Berikut adalah pendapat mahasiswa terkait implementasi FWC.

Refleksi FWC melalui vicon kelompok. Hal positif dari FWC kurang lebih sama dengan apa yang disampaikan pada WAG. Satu hal yang masih perlu ditambahkan pada kegiatan FWC adalah mahasiswa yang bukan observer merasa perlu juga untuk dapat melihat pembelajaran teman lainnya, bukan hanya melihat hasil refleksi semua teman melalui resume jurnal reflektif saja. Bagaimana caranya? Usulannya adalah untuk memberikan link video pada WAG atau pada laman Glacier.

Menyusun RTL

RTL pada siklus berikutnya adalah dengan menambah tindakan yaitu dengan memberikan link video pembelajaran semua mahasiswa pada WAG, agar bisa saling melihat praktik pembelajaran yang dilakukan teman-temannya sebagai bahan “belanja ide” untuk meningkatkan kualitas pembelajaran masing-masing.

c. Dampak Perubahan

Dampak perubahan setelah dilakukan inovasi pembimbingan kepada mahasiswa antara lain: (1) mahasiswa lebih semangat dalam melaksanakan pembelajaran karena selalu didampingi secara individu oleh GP dan DPL, (2) komunikasi yang intens dengan GP dan DPL membuat mahasiswa merasa lebih dekat dan lebih terbuka dalam mengemukakan permasalahan yang dihadapi, (3) kualitas pembelajaran yang disampaikan mahasiswa semakin baik dalam memfasilitasi siswa belajar, (4) pembelajaran lebih memperhatikan keaktifan siswa, walau pembelajaran daring, bukan hanya berupa interaksi dalam voice note, namun melihat peluang kegiatan apa yang bisa memperkuat pemahaman siswa dalam suatu konsep tertentu, (5) membantu proses penyelesaian permasalahan pembelajaran yang telah disebutkan pada pendahuluan. Perubahan yang terjadi setelah pelaksanaan FWC tercatat dengan baik pada buku “pelaksanaan RTL dari FWC. Berikut adalah beberapa contohnya.

Perubahan pembelajaran setelah FWC.

Perubahan mindset mahasiswa tentang pentingnya melaksanakan refleksi juga dikemukakan para mahasiswa berikut ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Hadiya Naseer, Yaar Muhammad & Sajid Masood (2020) bahwa refleksi pembelajaran dapat mengembangkan keyakinan dan perasaan positif guru sehingga kualitas pembelajarannya menjadi lebih baik.

C. Penutup

Refleksi pembelajaran merupakan hal penting dalam mewujudkan perbaikan kualitas pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam pembimbingan mahasiswa PPL PPG, pembiasaan melaksanakan refleksi dan mendiskusikan hasil refleksi secara mendalam dapat dilakukan melalui FWC antara praktikan dan pengamat. FWC membuka peluang adanya dialog refleksi “dari hati ke hati” dan menghasilkan rencana tindak lanjut yang tepat. Mahasiswa merasakan dampak perubahan kualitas pembelajarannya akibat melaksanakan refleksi dengan berberapa orang yang terlibat. Hal ini menimbulkan kesadaran pada mahasiswa untuk terus melaksanakan refleksi pembelajaran demi sebuah continuous quality improvement.

FWC perlu dilakukan dalam pembimbingan mahasiswa PPL PPG sebagai wadah dalam mengemas RTL yang tepat, sesuai hasil refleksi. Melalui FWC terjadi komunikasi yang baik antara mahasiswa dengan GP maupun DPL yang merupakan kunci utama dalam mencapai tujuan perbaikan kualitas pembelajaran sebagai continuous quality improvement.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

I agree to these terms.