Sarah Sofia Hutapea, guru kelas 3A SD Negeri Percontohan Kota Pematangsiantar memberikan materi praktik pembuatan tempe dengan konsep MIKiR untuk mendorong siswa-siswanya belajar aktif di rumah sekaligus menjalin kekompakan ketika belajar bersama orang tua.
Sarah Sofia Hutapea, guru kelas 3A SD Negeri Percontohan Kota Pematangsiantar menerapkan metode MIKiR ketika belajar materi IPA tentang teknologi produksi pangan.
“Agar siswa tidak jenuh belajar di rumah hanya didampingi orang tua saja, saya berusaha membuat inovasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) agar menjadi menyenangkan,” kata Sarah.
Sarah memanfaatkan Google Classroom untuk menyampaikan materi pembelajaran menggunakan konsep belajar kontekstual.
“Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Guru mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,” tambahnya.
Dalam pembelajaran kali ini, Sarah meminta siswa untuk praktik langsung membuat tempe, bahan pangan yang relatif mudah dibuat dengan teknologi sederhana.
Siswa didorong untuk meminta bantuan orang tua agar terjalin interaksi dan komunikasi ketika sedang melakukan kegiatan praktik ini. Pada akhir pembelajaran, siswa akan membuat laporan secara tertulis dari awal hingga akhir ketika sedang membuat tempe dan terakhir siswa diminta untuk refleksi dengan cara menuliskan apa yang dirasakan saat berhasil membuat tempe atau sebaliknya.
Sebelum memberi penugasan pada siswa, Sarah memberi resep dan cara membuat tempe kepada siswa yang belum pernah membuat tempe.
- Cuci kacang kedelai hingga bersih dan rendam selama 12 sampai 18 jam.
- Cuci hingga kulitnya terlepas lalu kukus/rebus kacang hingga empuk.
- Setelah empuk, angkat dan tiriskan kacang kedelai.
- Ragi tempe dapat ditaburkan jika suhunya telah berubah menjadi hangat.
- Masukan kacang kedelai ke atas daun pisang. Ukuran tempe dapat disesuaikan dengan selera. Bungkus sambil dipadatkan, lalu sematkan dengan tusuk gigi.
- Simpan tempe dalam suhu ruang dan tempe pun siap diolah.
“Saya memberi siswa waktu dua hari untuk mengerjakan tugas tersebut. Setelah dua hari, saya minta siswa mengirimkan laporan praktik ke grup Facebook Kelas 3A yang telah saya buat sebelumnya.” ungkap Sarah. Selain lewat grup Facebook, pengumpulan tugas juga bisa dikirim melalui Google Classroom.
“Mereka berlomba mengirimkan tugasnya dan bangga mengunggah praktik masing-masing di grup Facebook. Bahkan, orang tua dan siswa memberikan testimoni praktik bikin tempe ini, yang isinya sangat menyentuh hati,” tambah Sarah.
Sarah juga melakukan pembelajaran tatap muka terbatas agar bisa lebih kenal dengan siswanya. Sarah biasanya mendatangkan sekitar lima orang siswa ke sekolah dengan jadwal yang sudah ditentukan tapi selebihnya pembelajaran masih dilakukan secara daring.
Metode pembelajaran daring dengan konsep MIKiR ini banyak memberi dampak positif. Banyak orang tua siswa yang mengucapkan terima kasih karena berkat tugas praktik, orang tua juga jadi ikut belajar bersama anak.
“Siswa tidak melulu dijejali guru dengan metode ceramah atau mencatat teks saja. Selain itu, praktik bikin tempe ini juga bermanfaat secara tidak langsung bagi orang tua, yaitu dapat membuat tempe sendiri untuk dimakan atau dijual,” ungkap Sarah.