5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Muhammad Amin, fasilitator manajemen sekolah MTsN 1 Tanjung Jabung Timur Jambi berbagi hal yang perlu diperhatikan sebelum pembelajaran tatap muka terbatas dimulai. Pertama, sekolah dan siswa mematuhi protokol kesehatan. Lalu sekolah mensosialisasikan pembelajaran tatap muka kepada orang tua siswa. Terakhir, sekolah harus melibatkan orang tua dan masyarakat.

Guru sedang menerapkan protokol Kesehatan untuk siswa yang akan melakukan PTM terbatas di sekolah.

Pandemi covid-19 mengubah tatanan kehidupan masyarakat. Salah satunya sektor pendidikan, guru dan siswa pun kini belajar dari rumah.

Suasana belajar di sekolah yang menyenangkan berhenti sejenak akibat pandemi. Mereka mengikuti protokol kesehatan agar berperan serta dalam memutus mata rantai penyebaran Virus Corona.

Kini, setelah hampir satu tahun setengah sejak Februari 2020, pemerintah mewacanakan untuk kembali membuka pembelajaran tatap muka terbatas.

Namun, jika memang siswa harus masuk sekolah jangan sampai menjadi klaster baru penularan Covid-19.

Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam menghadapi pertemuan tatap muka terbatas agar siswa tetap aman belajar namun juga bisa mendapatkan pembelajaran berkualitas?.

Sebagai fasilitator manajemen sekolah Program PINTAR Tanoto Foundation, saya mencoba menulis tentang 5 hal yang harus diperhatikan sebelum tatap muka terbatas di mulai pada awal tahun ajaran 2021/2022.

Tetap Ikuti Protokol Kesehatan

New normal atau menurut Badan Bahasa Kemdikbud yaitu keadaan normal yang baru

Yang harus diketahui oleh masyarakat adalah bahwa pandemi Covid-19 mengharuskan mereka beradaptasi dengan kenormalan baru. Langkah awal ialah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat atau (PHBS).

Sektor pendidikan sendiri merupakan satu protokol dari lima protokol yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan dalam pencegahan Covid-19.

Kelima protokol tersebut yaitu protokol kesehatan, protokol komunikasi, protokol pengawasan perbatasan, protokol area institusi pendidikan dan protokol area publik dan transportasi.

Penerapan kenormalan baru di sekolah harus tetap mengikuti protokol dari Kementerian Kesehatan.

Sederhananya begini, jika dulu kita tidak rajin cuci tangan, bersin sembarangan, tidak pernah memakai masker. Tapi saat ini, kita harus rajin-rajin cuci tangan, tidak boleh bersin di sembarang tempat, dan tentu saja sekarang kita harus memakai masker. Ada yang baru, ada yang berubah dalam kehidupan kenormalan baru nanti.

Dalam aspek protokol area pendidikan, sekolah-sekolah harus menyediakan sarana cuci tangan. Pemerintah menginstruksikan seluruh warga sekolah untuk selalu hidup bersih dan sehat untuk menjaga kesehatan tubuh.

Setiap sekolah harus membersihkan ruangan 1 kali sehari minimal menggunakan zat disinfektan.

Lalu pihak sekolah juga harus memonitor absensi ketidakhadiran seluruh warga sekolah. Pastikan salah satu alasan mereka tidak hadir adalah karena sakit. Mereka yang sakit diarahkan untuk memeriksakan diri.

Sosialisasikan Rencana Tatap Muka Terbatas

Sebelum siswa masuk sekolah, mensosialisasikan kenormalan baru kepada orang tua siswa merupakan suatu keharusan.

Salah satunya agar orang tua tidak panik ketika melepas anaknya berangkat ke sekolah.

Kegiatan sosialiasi bisa melalui grup WhatsApp masing-masing kelas yang dikoordinir oleh guru wali kelasnya. Setiap guru bertanggungjawab untuk menginformasikan tentang kenormalan baru.

Seperti dilansir Kompas.com, menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

“Secara sosial, kita pasti akan mengalami sesuatu bentuk new normal atau kita harus beradaptasi dengan beraktivitas, dan bekerja, dan tentunya harus mengurangi kontak fisik dengan orang lain, dan menghindari kerumunan, serta bekerja, bersekolah dari rumah,” kata Wiku.

Kemdikbud sendiri sudah bersiap jika memang penerapan new normal juga akan diberlakukan untuk sektor pendidikan.

Guru membuat catatan sederhana atau membagikan poster atau flyer dari Kementerian Kesehatan tentang penerapan hidup bersih dan sehat sebagai bagian dari pencegahan Covid-19.

Libatkan Orang tua dan Masyarakat

Orang tua merupakan komponen penting yang tidak terpisahkan dalam setiap pelaksanaan pembelajaran, baik itu di sekolah maupun saat ini ketika pembelajaran dilaksanakan di rumah.

Ketika pembelajaran daring dilaksanakan di rumah, orang tua sigap dalam menemani dan mendukung pembelajaran tersebut, tugas ganda mereka di rumah yang semakin bertambah tidak mengurangi sedikit pun kegigihan mendampingi putra mereka. Seketika menjadi guru sekaligus orang tua.

Ketika kenormalan baru diberlakukan, kepala sekolah perlu terus berkolaborasi dengan orang tua siswa dalam melaksanakan pembelajaran nantinya.

Untuk orang tua yang anaknya sudah bersekolah di SMP atau SMA, maka tidak terlalu sulit dalam memberikan pengarahan agar menaati protokol kesehatan, misalnya jaga jarak, dan selalu memakai masker.

Lain halnya jika anaknya masih bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Maklum saja, banyak orang tua paranoid atau ketakutan jangan sampai sekolah menjadi penularan berikutnya.

Mengingat, kasus di Korea Selatan dan Perancis yang meliburkan kembali gara-gara siswa tertular Covid-19 setelah masuk sekolah. Ini juga menjadi perhatian serius bersama.

Strategi apa yang harus dilakukan orang tua?

Ki Hadjar Dewantara selaku tokoh pendidikan Indonesia mengatakan tiga pusat pendidikan yang membutuhkan kolaborasi erat ketiganya demi tercapainya tujuan pendidikan.

Pertama adalah sekolah (guru), kedua yaitu rumah (orang tua) dan ketiga adalah lingkungan (masyarakat). Selama ini kita hanya memahami mencerdaskan pendidikan hanya tugas guru saja, namun orang tua dan masyarakat juga memiliki peran penting memajukan pendidikan.

Orang tua harus menjaga kebersihan baju yang dipakai siswa, setiap hari harus dicuci, membiasakan cuci tangan sepulang sekolah sebelum masuk ke rumah.

Orang tua harus memberikan perhatian penuh terhadap kesehatan anak mereka, jelaskan sedetail mungkin bahwa Virus Corona belum ada obatnya. Sehingga membuat anak menjadi lebih berhati hati.

Selain itu orang tua juga harus terus mengingatkan anaknya menggunakan masker selama berada di sekolah. Mereka harus mengikuti arahan guru selama di sekolah.

Juga perlunya minum vitamin dan olahraga sehingga tidak mudah membuat anak sakit.

Selain orang tua, masyarakat juga perlu dilibatkan. Kita tahu setiap desa sudah ada gugus tugas tingkat desa, maka sekolah perlu mengajak mereka dalam pencegahan covid-19.

Penyuluhan juga bisa datang dari tenaga kesehatan setingkat puskesmas, agar seluruh warga sekolah menjadi lebih berhati-hati dalam berkegiatan di sekolah.

Tantangan Pendidikan di Masa Tatap Muka Terbatas

Jika kenormalan baru jadi diberlakukan termasuk siswa harus masuk sekolah, maka guru perlu mengubah model pembelajaran selama di kelas.

Salah satunya adalah penerapan half day school, atau cuma empat jam saja selama siswa berada di sekolah.

Aturan-aturan yang telah disepakati antara orang tua dan guru di sekolah, tidak semua siswa nantinya akan patuh mengikuti aturan tersebut, misalnya penggunaan masker.

Banyak anak yang tidak betah dengan penggunaan masker, jangankan anak-anak, orang dewasa saja banyak yang lalai ketika bepergian keluar rumah.

Skenario pembelajaran seperti apa juga perlu dirumuskan. Pengaturan tempat duduk siswa, perlukah ada istirahat, bagaimana dengan siswa sarapan atau jajan. Apalagi banyak pedagang yang datang jika sekolah masuk, sedangkan mereka terbiasa keliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya.

Dinas pendidikan perlu memainkan peranan penting ini. Salah satunya merumuskan untuk menghilangkan jam istirahat dan memperpendek jam pelajaran menjadi empat jam belajar.

Guru dan orang tua perlu memahami hal itu sebagai bagian untuk pencegahan kepadatan anak-anak saat masuk dan keluar sekolah secara bersamaan.

Hal penting lainnya adalah pengaturan jam masuk dan pulang antar kelas yang diberlakukan berbeda supaya anak-anak tidak berkerumun saat tiba di gerbang sekolah serta saat akan pulang.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah penyediaan fasilitas untuk mencuci tangan dan hand sanitizer juga harus disediakan oleh sekolah agar tidak membludak ketika anak-anak mencuci tangan.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.