oleh Riyo Darminto dan Farida Istianah
a. Pendahuluan
Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan lembaga yang menghasilkan guru dan tenaga kependidikan lainnya. Universitas Negeri Surabaya juga ikut berperan dalam menghasilkan guru dan tenaga kependidikan lainnya, yang tentunya diharapkan memiliki kualitas yang baik, sehingga dapat bermanfaat dalam mewujudkan generasi Alfa yang mampu bertahan dan bersaing di era globalisasi. Dalam mewujudkan hal tersebut, LPTK tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus bekerjasama dengan sekolah mitra yaitu tempat calon pendidik belajar menerapkan kemampuannya.
Jika Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan tahapan yang sangat penting untuk menghasilkan guru, maka sekolah mitra menjadi partner sangat strategis khususnya dalam pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Salah satu tempat PPL bagi mahasiswa PPG Prajabatan UNESA adalah SDN Wonokusumo VI/45. Pada tahun akademik 2020/2021, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) mendapatkan kesempatan yang luar biasa karena dari 5 mitra sekolah dasar, di SD Wonokusumo inilah guru pamong juga bertindak selaku kepala sekolah, sehingga progam PPL dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Dengan GP sekaligus sebagai kepala sekolah banyak kemudahan terkait dengan kebijakan dan kesempatan yang diberikan dalam mengkolaborasikan guru mitra dan mahasiswa PPG dalam pembelajaran di kelas.
Kemudahan tersebut sangat diperlukan karena pelaksanaan PPL berbarengan dengan pandemi Covid-19 yang memaksa sekolah untuk melaksanakan pembelajaran daring atau blended, karena kekhawatiran sekolah menjadi klaster penularan. Dalam situasi itu, segala perubahan kebijakan harus dapat dilakukan dengan cepat.
b. Inovasi PPG Prajabatan
1) Tantangan PPG yang dihadapi
Pandemi Covid-19 merupakan bencana yang melanda dunia dan berdampak terhadap berbagai aspek, termasuk bidang pendidikan. Indonesia juga mengalami dan sampai sekarang masih berjuang untuk mengatasinya. Banyak sektor yang terdampak, salah satunya adalah sektor pendidikan. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan kebijakan agar seluruh siswa belajar dari rumah untuk menghindari terjadinya penularan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) untuk menerapkan pembelajaran dari rumah melalui pembelajaran daring atau jarak jauh. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi mahasiswa PPG Prajabatan karena dengan tidak bisa bertatap muka dan dengan pembelajaran daring diharapkan tetap mampu menciptakan suasana pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan tidak membosankan.
Pembelajaran daring merupakan sesuatu yang baru. Guru dan siswa, termasuk mahasiswa PPG yang melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) belum memiliki pengalaman. Oleh karena itu semua masih dalam taraf belajar. Di samping itu fasilitas yang dimiliki siswa seringkali tidak ideal. Sangat jarang siswa yang memiliki komputer atau laptop. Belum tentu semua siswa memiliki smartphone sebagai pengganti komputer atau laptop. Padahal smartphone juga tidak ideal karena terlalu kecil untuk pembelajaran.
Dengan kondisi seperti itu, mahasiswa PPG Prajabatan yang melaksanakan PPL diharapkan mampu melahirkan inovasi yang efektif agar pembelajaran berjalan dengan baik. Sementara dalam proses pembelajaran tersebut, sekolah harus melaksanakan sesuai dengan sarana penunjang yang tersedia. Inovasi pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi informasi yang tersedia baik sekolah maupun yang dimiliki siswa.
Belajar dari pengalaman, menumbuhkan motivasi belajar siswa ketika mereka harus belajar secara daring merupakan tantangan tersendiri. Beberapa ahli mengatakan daya tahan siswa untuk konsentrasi belajar daring hanya sekitar 10 menit. Nah, bagaimana mempertahankan konsentrasi belajar dan motivasi lebih lanjut harus ditemukan oleh mahasiswa PPG yang sedang melaksanakan PPL. Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Guru Pamong (GP) juga dihadapkan pada tantangan bagaimana membimbing mahasiswa melalui daring. Dengan demikian DPL, GP, dan mahasiswa menghadapi tantangan bagaimana dengan pola daring tetapi pembimbingan berjalan secara efektif dan proses pembelajaran yang dilakukan mahasiswa PPG Prajabatan juga berjalan secara efektif. Kerjasama dengan guru mitra juga menjadi tantangan tersendiri, karena komunikasinya juga dilakukan secara daring.
2) Inovasi yang dikembangkan
Mahasiswa PPG Prajabatan yang berada di SD Wonokusumo VI/45 berjumlah 5 orang, yaitu Elmira Rifda Cahyani, Muhlis Yuli Efendi, Diah Purwaningsih, Wanda Yuniarto, dan Denanda Bahruddin Azmy. SDN Wonokusumo VI/45 beralamat di Jalan Wonosari Lor Baru No. 21 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir, Surabaya. Wonokusumo VI/45 memiliki 37 rombongan belajar dengan siswa berjumlah 1324 orang, 61 staf personel guru dan karyawan. Dalam pelaksanaannya Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) dan Guru Pamong (GP) bekerjasama dibantu dengan guru mitra dalam hal ini adalah guru kelas.
Sebelum PPL dilaksanakan lebih lanjut, DPL dan GP melakukan diskusi terlebih dahulu untuk menentukan pola bimbingan yang akan dilakukan selama PPL. Setelah diskusi intensif disepakati dengan menggunakan Pembimbingan dengan Sistem Among Melalui Tahapan Finding-Discussion-Collaboration, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa PPG dalam kemampuan mengajar, khususnya di saat pembelajaran dilakukan secara daring karena pandemi Covid-19. Pembimbingan DPL dan GP terhadap mahasiswa mengadopsi sistem Among yang sudah diterapkan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu ”Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang artinya seorang pemimpin dalam hal ini mahasiswa PPG sebagai guru memposisikan di depan harus menjadi contoh, saat ditengah-tengah harus memotivasi, serta saat posisi di belakang harus dapat memberikan semangat dan dorongan kepada peserta didik.
Sistem Among ini akan disandingkan dengan tahap Finding-Discussion-Collaboration. Tahap Finding adalah proses penemuan berbagai hal di saat observasi dan di dalam proses pembelajaran sehingga dapat digunakan untuk merancang proses pembelajaran. Pada tahap Discussion, DPL, GP, dan mahasiswa berdiskusi untuk menemukan solusi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pada tahap Collaboration, DPL, GP, dan mahasiswa bekerja sama dengan guru mitra di sekolah dalam menerapkan solusi yang sudah ditentukan. Guru mitra disini adalah sebagai guru kelas, sehingga dapat membantu pengamatan dan melakukan cross check terkait penerapan desain solusi, apakah sudah sinkron ketika pembelajaran di kelas dan juga apakah memunculkan masalah baru yang muncul.
Mengingat situasi pandemi, diskusi DPL, GP, mahasiswa PPG, dan pihak sekolah disepakati hanya satu orang mahasiswa yang melakukan observasi ke sekolah bersama guru mitra. Empat orang mahasiswa lainnya tetap di rumah tetapi bekomunikasi dengan yang ke sekolah. Agar observasi dapat berlangsung dengan cermat dan komprehensif, disusun instrumen observasi yang mencakup 7 aspek yang akan diobservasi meliputi (a) karakteristik peserta didik, (b) struktur organisasi dan tata kerja, (c) visi dan misi sekolah, (d) peraturan dan tata tertib sekolah, (e) kegiatan ko dan ekstrakurikuler, (f) budaya sekolah, (g) kurikulum sekolah dan ditambahkan akan sarpras sekolah yang menunjang pembelajaran daring saat ini. Dalam kegiatan observasi mahasiswa PPG juga menggunakan tahap Finding-Discussion-Collaboration dengan didampingi guru pamong. Kepala sekolah memberikan kesempatan observasi secara luas dengan menghadirkan bapak ibu guru dengan prokes yang sangat ketat, sehingga untuk ke-7 aspek yang diobservasi bisa terpenuhi dengan baik.
Setelah mendapatkan informasi kondisi sekolah, mahasiswa PPG berdiskusi untuk menyusun perangkat pembelajaran yang digunakan yang nantinya akan digunakan yang sesuai dengan kondisi sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan penyusunan perangkat pembelajaran dengan prinsip Continuous Improvement of Instructional Quality (CIIQ). Kegiatan berlanjut dengan mengajar terbimbing yang terdiri atas 4 siklus. Siklus pertama 100% dimodelkan oleh Guru Pamong, siklus kedua 75% guru mengajar dan 25% mahasiswa terlibat. Siklus ketiga adalah 25% guru terlibat dan 75% mahasiswa mengajar. Diakhiri dengan siklus keempat adalah 100% mahasiswa mengajar tapi masih di bawah bimbingan guru kelas dan guru pamong.
Dalam menilai praktik pembelajaran terbimbing dan mandiri pada mahasiswa, Guru Pamong memberikan beberapa aspek yang harus dinilai yaitu: (1) perangkat pembelajaran, (2) penguasaan materi, (3) proses pembelajaran, dan (4) evaluasi pada siswa.
Adapun skala penilaian yang dipakai adalah menggunakan skala 1-4 seperti ditunjukkan pada keterangan berikut:
Hasil pembimbingan Guru Pamong terhadap mahasiswa mengenai praktik pembelajaran terbimbing dan mandiri, maka didapatkan data seperti berikut.
Sehingga dari data tabel di atas tentang skor praktik pembelajaran terbimbing dan mandiri mahasiswa maka dapat dilihat peningkatan seperti pada diagram batang berikut:
Berdasarkan diagram di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pembimbingan dari terbimbing sampai mandiri, mahasiswa mengalami peningkatan yang signifikan.
Berikut ulasannya di sini, kami selaku dosen dan Guru Pamong mendeskripsikan untuk masing-masing mahasiswa.
Mahasiswa PPG atas nama MYF, tahap Finding dari saudara MYF adalah guru lebih banyak menggunakan metode ceramah, siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, siswa asyik bermain dengan benda yang ada disekitarnya. Berdasarkan tahap discussion didapatkan solusi yang digunakan dalam pembelajaran adalah penggunaan media pembelajaran yang menarik bagi siswa, seperti video, aplikasi PhET Simulations. Di sini saudara MYF juga menerapkan student center, guru bertindak sebagai fasilitator, kemudian dilengkapi dengan membuat aturan sebelum pembelajaran dimulai. Lanjut tahap collaboration, yaitu mengajar dengan didampingi Guru Pamong dan guru mitra, hasil yang didapatkan adalah siswa jadi lebih aktif karena guru memberikan pertanyaan pemantik untuk menarik perhatian siswa, dengan penggunaan media pembelajaran berupa aplikasi PhET Simulations terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari awal persentase ketuntasan 27% menjadi 64% pada siklus 1 dan menjadi 95% pada siklus 2.
Mahasiswa atas nama DP, hasil yang didapat dari tahap finding adalah siswa pasif, tidak mau menjawab dan melakukan arahan guru, siswa asyik bermain sendiri siswa gaduh. Kemudian melalui tahap discussion hasil yang didapat adalah dengan menciptakan suasana yang aktif melalui ice breaking. Hal tersebut agar pembelajaran berjalan dengan aktif dan komunikatif. Saat mengajar saudara DP sambil mengobservasi siswa, ketika siswa pasif, bermain sendiri, gaduh maka saudari Diah langsung mengajaknya melakukan ice breaking. Ice breaking biasanya berupa tepuk dan gerakan yang sederhana. Hal tersebut mampu mencairkan suasana. Perlakuan yang kedua yaitu dengan penggunaan media video. Setelah melakukan tahap collaboration dengan treatment maka hal perubahan yang terjadi adalah pada siklus 1 ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I mencapai 25% atau 5 dari 20 siswa yang tuntas belajar. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I belum mencapai indikator yang telah ditentukan yaitu ≥ 80% (Aqib dkk, 2011:41). Oleh sebab itu, dilakukan perbaikan pada proses pembelajaran siklus II. Pada Siklus II: sehingga ketuntasan belajar siswa secara klasikal mengalami kenaikan menjadi 85% atau 17 siswa yang tuntas belajar dari 20 siswa. Hasil ketuntasan klasikal pada siklus II ini dikategorikan sangat tinggi dan dapat dikatakan tuntas karena telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu ≥80% (Aqib dkk, 2011:41).
Mahasiswa dengan inisial ERC. Tahapan finding siswa mudah bosan atau mengantuk dalam mengikuti pembelajaran yang lama. Beberapa siswa ada yang kurang aktif. Siswa hanya berfokus pada materi di buku tematik saja. Siswa terbiasa berfokus pada metode hafalan. Berdasarkan hal tersebut saudara ERC dengan Guru Pamong dan dosen melakukan tahapan discussion sehingga didapatkan solusinya yaitu dengan manajemen kelas dan model pembelajaran. Untuk kelas rendah, perlu diberikan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan yaitu diberikan media video yang interaktif, tebak gambar, metode memahami materi dengan bernyanyi dll agar siswa bisa aktif dalam pembelajaran. Untuk kelas tinggi, diberikan kuis di tengah/di akhir pembelajaran. Selain itu terkadang disesuaikan materi dengan model pembelajaran yang tepat. Terutama untuk pembelajaran IPA diarahkan untuk siswa menemukan sendiri atau memanfaatkan lingkungan di sekitarnya. Untuk bahan ajar berbasis internet yaitu Microsoft Sway 365 bagi materi yang cukup panjang. Setelah melakukan tahap collaboration. Didapatkan hasil media yang interaktif dan menyenangkan dan kelas lebih kondusif. Peningkatan ketuntasan hasil belajar dari presentase: Pra siklus: Dari 38 siswa, 13 siswa atau 34% mendapat nilai diatas KKM dan 25 siswa atau 66% mendapat nilai di bawah KKM. Dengan rata-rata nilai: 67,5 siklus I: Dari 38 siswa, 30 siswa atau 79% mendapat nilai di atas KKM dan 8 siswa atau 21% mendapat nilai di atas KKM. Dengan rata-rata nilai: 88,15.
Mahasiswa dengan inisial DBA. Diawali dari tahap finding dengan hasil bahwa siswa tidak tahu apa yang harus diperbuat, siswa sudah diberi tahu akan tugasnya membuat keributan. Ada di antara siswa yang merupakan anak malas tak bergairah atau pengganggu. Dilanjutkan dengan tahapan discussion yaitu terkait dengan pengelolaan kelas. Di mana harus menciptakan dan mempertahankan kondisi proses belajar mengajar yang optimal. Setelah itu tahapan collaboration hasil yang didapat adalah hal yang paling mendasar siswa lebih kondusif dengan menjawab setiap pertanyaan, bahkan bersedia mengerjakan tugas dengan baik. Hal tersebut tampak dari persentase dari hasil observasi. Pada pembelajaran pertama proses pembelajaran berjalan siklus I sebesar 83%, siklus II sebesar 85%, siklus III sebesar 88 %, dan siklus IV sebesar 90%.
Mahasiswa dengan inisial WY. Pada tahapan finding yaitu siswa ramai tidak terkendali, kurang fokus, siswa tidak aktif. Setelah melakukan tahapan discussion, treatment yang diberikan berupa pengelolaan kelas. Kemudian dilakukan tahapan collaboration di mana menerapkan strategi pembelajaran inkuiri dengan metode demonstrasi, setelah menerapkan strategi pembelajaran inkuiri dengan metode demonstrasi siswa aktif melalukan kegiatan pembelajaran komunikasi juga bagus. Berdasarkan data diketahui bahwa siswa mampu memahami materi tema 6 subtema 2 atau bisa disebut berhasil karena nilai rata-rata kelas di atas KKM (< 80), yaitu 89,39. Dari jumlah 22 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM 18 siswa dan 4 siswa nilainya di bawah KKM.
c. Penutup
Berdasarkan hasil data yang sudah dipaparkan sebelumnya yaitu terjadinya peningkatan di setiap siklus maka Pembimbingan dengan Sistem Among Melalui Tahapan Finding-Discussion-Collaboration mampu Meningkatkan Kemampuan Mengajar Mahasiswa PPG Prajabatan di SDN Wonokusumo VI/45.